Penurunan laba karena turunya pendapatan.Eemiten BUMN ini juga mencatat penurunan pada pendapatan bersih sebesar 37,23 persen, dari Rp11,36 triliun pada semester I-2019 menjadi Rp7,13 triliun pada semester I-2020.
Mayoritas pendapatan tersebut disumbangkan oleh proyek infrastruktur dan gedung yaitu sebesar Rp4,52 triliun dan proyek industri beton sebesar Rp1,37 triliun.
Sementara untuk pendapatan dari sektor industri, energi dan industrial plant sebesar Rp980,25 miliar dan sektor realti dan properti sebesar Rp264,11 miliar.
Meski demikian Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito masih menganggap capaian tersebut masih baik karena ditengah terpaan pandemi covid-19 kondisi keuangan perusahaan masih dalam kondisi sehat.
Ia menyebutkan, rasio gross gearing dan net gearing perusahaan masing-masing hanya sebesar 1,26 kali dan 0,82 kali dari covenant sebesar 2,50 kali.
"Pada kuartal II khususnya, tantangan pada sektor konstruksi memang cukup berat, sejumlah proyek terhenti atau mengalami perlambatan akibat keterbatasan akses material maupun penambahan pekerja yang akan masuk ke area proyek, sehingga hasil positif pada laporan keuangan Semester I ini menjadi catatan yang cukup impresif bagi kami," kata Agung dalam keterangan tertulisnya.
Agung juga mengungkapkan semester II akan menjadi momentum bagi WIKA untuk memulihkan ritme pekerjaan. Terlebih, sektor infrastruktur dengan penyerapan tenaga kerja masif menjadi salah satu andalan pemerintah untuk memulihkan roda perekonomian. Menurutnya, hal tersebut akan menjadi peluang besar dan perlu dimanfaatkan dengan optimal.
"Kami memetakan lagi proyek-proyek yang memiliki skema pembayaran yang lebih cepat sehingga likuiditas keuangan kita tetap sehat. Untuk itu, kami lebih fokus kepada proyek yang berasal dari Pemerintah dan BUMN," pungkas Agung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News