"Ancol adalah industri yang paling terdampak dari sisi pandemi, dari Maret 2020 hingga sekarang mengalami penutupan berkali-kali. Kalau dibuka pun dengan kapasitas terbatas tergantung tingkat outbreak pandemi," ungkap Direktur Utama Pembangunan Jaya Ancol Teuku Sahir Syahali dalam konferensi pers virtual, Senin, 30 Agustus 2021.
Adapun pendapatan perseroan per 30 Juni 2021 merosot 17 persen (yoy), dari Rp254,2 miliar menjadi Rp210,8 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya jumlah pengunjung di pintu gerbang utama hingga 57 persen, dari 2,83 juta pengunjung menjadi 1,60 juta pengunjung.
"Memang di 2020 pada periode Januari-Februari itu masih buka secara normal. Sedangkan di 2021 kita efektif mulai dari Januari sampai dengan saat ini kita masih buka dalam suasana PPKM," jelasnya.
Di sisi lain, jumlah liabilitas perusahaan mengalami kenaikan sebanyak delapan persen, dari Rp2,28 triliun pada 30 Desember 2020 menjadi Rp2,46 triliun pada 30 Juni 2021. Hal ini karena adanya pendebetan obligasi pada Februari 2021.
Kondisi tersebut juga membuat aset perseroan naik dua persen, dari Rp4,04 triliun pada 30 Desember 2020 menjadi Rp4,12 triliun di 30 Juni 2021. Meskipun demikian, jumlah ekuitas terkontraksi enam persen menjadi Rp1,66 triliun dibandingkan Rp1,76 triliun.
"Meskipun demikian, kinerja keuangan yang tidak terlalu menggembirakan, perusahaan tetap mempertahankan komitmen untuk tidak melakukan lay off (pemecatan) kepada karyawan yang telah ikut membangun perusahaan sampai dengan saat ini," tegas Teuku Sahir.
Dia menambahkan, untuk dapat bertahan di masa pandemi, manajemen melakukan beberapa efisiensi cash flow di antaranya dengan penerapan strategi basic cost, biaya yang dikeluarkan hanya yang benar-benar untuk keselamatan pengunjung, penjadwalan ulang semua proyek dan fokus untuk penyelesaian proyek Symphony of The Sea (kawasan pantai timur).
"Kami selama pandemi tutup, tetapi kami menjaga semua unit produksi kita dari Dufan, Sea World, Atlantis, Ocean Dream, pantai, dan seluruh taman kita rawat seperti halnya beroperasi normal. Kita ingin setelah nanti dibuka PPKM dan diizinkan pemerintah untuk buka, kita sudah siap beroperasi," pungkas Teuku Sahir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News