"Suasana risk off didominasi oleh ketidakpastian solvabilitas Evergrande, Tiongkok. Sementara investor menunggu hasil pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve," ungkap Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam siaran persnya, Rabu, 22 September 2021.
Ibrahim menuturkan, sejumlah kekhawatiran membayangi upaya Ketua Evergrande untuk mengangkat kepercayaan perusahaan. Di sisi lain, Pemerintah Tiongkok tidak menunjukkan tanda-tanda akan campur tangan untuk membendung efek domino di seluruh ekonomi global.
Sementara itu, investor saat ini tengah menantikan pengumuman kebijakan The Fed untuk tanda-tanda kapan bank sentral AS tersebut akan mulai mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran (tapering). Kebijakan ini juga dinanti-nanti sejumlah bank sentral di seluruh dunia.
"Pasar mencoba untuk memahami apakah perputaran ini akan berlangsung. Jika kita memiliki peningkatan selera risiko yang berkelanjutan, dolar AS akan mundur lebih banyak lagi," paparnya.
Dari domestik, Ibrahim bilang bahwa stress test yang telah dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan hasil. Tapering yang kemungkinan akan dilakukan The Fed pada November 2021 ini akan memberi dampak yang jauh lebih kecil dari kondisi taper tantrum pada 2013.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan stress test akan berhasil. Di antaranya semakin jelasnya komunikasi The Fed kepada investor, media, dan masyarakat mengenai rencana tapering yang diterima dengan sangat baik oleh pasar. Hal ini bisa terlihat dari indikator tingkat suku bunga obligasi Negeri Paman Sam yang tidak naik secara signifikan pada saat ini.
"Kemudian adanya langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang terus membaik saat ini oleh BI bersama dengan Kementerian Keuangan, terutama melalui triple intervention di pasar spot, Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder," tutur Ibrahim.
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah tipis ke level Rp14.242 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah lima poin atau setara 0,04 persen dari posisi Rp14.237 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah justru berada di zona hijau pada posisi Rp14.240 per USD. Rupiah menguat tipis delapan poin atau setara 0,06 persen dari Rp14.248 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.249 per USD atau turun lima poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.244 per USD.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.230 per USD hingga Rp14.290 per USD," tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News