"Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terlihat naik kembali. Tenor 10 tahun kembali bergerak di atas 4,6 persen dari sebelumnya 4,5 persen. Tenor 30 tahun juga naik, bergerak di atas 4,7 persen dari sebelumnya 4,6 persen. Indeks dolar AS juga kembali bergerak di atas 106, sebelumnya sempat turun ke kisaran 105," ujar Ariston dilansir Antara, Senin, 2 Oktober 2023.
Adapun nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,26 persen atau 40 poin menjadi Rp15.500 per USD dari sebelumnya Rp15.460 per USD.
Menurut Ariston, dengan persoalan anggaran operasional pemerintah untuk mencegah penutupan pemerintahan AS telah berhasil diselesaikan Kongres AS untuk sementara, perhatian pasar kembali ke kebijakan suku bunga tinggi AS.
Baca juga: Rupiah Mulai Menguat, tapi Masih Terbatas |
Ekspektasi soal kenaikan suku bunga AS masih tinggi
Pascarapat kebijakan The Fed yang terakhir, ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga AS sekali lagi pada tahun ini masih tinggi.
Apalagi, data ekonomi AS yang dalam beberapa hari terakhir telah dirilis memperlihatkan tingkat inflasi masih belum turun ke target dua persen dengan kondisi ekonomi AS yang masih solid.
Di sisi lain, sentimen pasar terhadap aset berisiko positif pagi ini yang terlihat dari indeks saham Asia terlihat bergerak menguat. Hal ini dinilai berpotensi menahan laju pelemahan rupiah.
"Data inflasi Indonesia yang menunjukkan inflasi masih stabil di kisaran target dan aktivitas manufaktur yang masih bertumbuh juga bisa membantu menahan pelemahan rupiah," jelas Ariston.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id