Adapun, keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen plus minus satu persen pada 2024.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 17 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.643 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 50 poin atau setara 0,32 persen dari posisi Rp15.592 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
"Pada penutupan pasar hari ini, mata uang rupiah ditutup melemah 50 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 60 poin di level Rp15.643 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.592 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.636 per USD. Rupiah melemah 46 poin atau setara 0,29 persen dari Rp15.590 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.639 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga melemah 47 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp15.592 per USD.
Baca juga: Tahan Lagi Suku Bunga Acuan di Level 6,00%, BI: Vitamin Biar Rupiah Menguat |
Suku bunga Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan (BI-Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Januari 2024 di level 6,00 persen. Keputusan menahan suku bunga ini seiring dengan fokus kebijakan moneter yang pro stabilitas.
Selain itu, ini merupakan langkah pre emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran tiga persen plus minus satu persen pada 2023 dan 2,5 persen plus minus satu persen pada 2024.
"Ada beberapa alasan BI mempertahankan suku bunga acuannya. Diantaranya, ketidakpastian global masih tetap tinggi," jelas Ibrahim.
Tekanan inflasi di negara maju terutama Amerika Serikat (AS) yang berlanjut menimbulkan ketidakpastian terkait dengan arah suku bunga kebijakan global ke depan. Tercatat, inflasi AS pada Desember 2023 mencapai 3,4 persen secara tahunan, naik dari 3,1 persen pada November 2023.
"Penurunan harga energi global, tertahan akibat eskalasi konflik di Timur Tengah, terutama terkait gangguan di Laut Merah," papar dia.
Sementara itu, perkembangan ekonomi terus menunjukkan ketahanan. Tingkat inflasi misalnya, terkendali dan tercatat rendah sebesar 2,61 persen pada akhir 2023.
Di sisi sektor eksternal, surplus perdagangan Indonesia bertahan hingga akhir 2023, di mana pada Desember mencapai USD3,3 miliar, naik dari USD2,4 miliar pada bulan sebelumnya.
Berlanjutnya surplus perdagangan tersebut berhasil mendukung cadangan devisa yang mencapai USD146,4 miliar pada akhir 2023. Oleh karena itu, nilai tukar rupiah berhasil menguat sebesar 1,11 persen dari akhir 2022 menjadi Rp15.397 per USD pada akhir 2023.
Sementara itu, pada pekan kedua Januari 2024, rupiah cenderung bergerak sideways di kisaran Rp15.400 per USD hingga Rp15.600 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News