Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang rugi komprehensif Rp21,32 miliar. Penguatan ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan surplus revaluasi aset tetap sebesar Rp136,66 miliar.
Selain itu, perseroan mencatatkan laba kotor sebesar Rp25,56 miliar, melesat 271 persen dari 2022 dengan laba kotor Rp6,89 miliar. Rugi bersih tahun berjalan LRNA juga berhasil ditekan 96,35 persen menjadi hanya Rp777 juta di 2023 dari tahun sebelumnya rugi bersih sebesar Rp21,31 miliar.
Managing Director LRNA Ryanta Soerbakti mengatakan, pendapatan usaha perseroan mengalami penurunan 0,15 persen dari Rp93,102 miliar menjadi Rp92,958 miliar di 2023.
Pendapatan terbesar Lorena masih dari lini bus AKAP sebesar Rp73,03 miliar, disusul lini rental bus senilai Rp13,47 miliar, berkontribusi masing-masing sebesar 78,56 persen dan 14,49 persen terhadap total pendapatan di 2023.
Tahun ini, di kuartal I-2024, Perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp19,06 miliar, naik tiga persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp18,49 miliar.
"Sumbangan terbesar pendapatan kuartal I-2024 masih disumbang bisnis Bus AKAP senilai Rp14,29 miliar dan rental bus Rp2,53 miliar," ujar Ryanta, saat paparan publik, Jumat, 21 Juni 2024.
Dia menambahkan, terjadi peningkatan dari lini bisnis Bus Angkutan Bandara atau Jabodetabek Airport Connexion (JAC) yang naik 65 persen menjadi Rp1,68 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,02 miliar.
Pada tahun lalu, bisnis JAC ini mampu menyumbang Rp3,56 miliar, atau naik lima persen dari 2022 sebesar Rp3,39 miliar.
"Perseroan meyakini, pada waktunya segmen bus angkutan bandara dan segmen Rental Bus pertumbuhannya akan meningkat signifikan didukung potensi pasarnya," ungkap Ryanta.
Ekspansi bisnis di 2024
Ryanta pun mengungkapkan sejumlah strategi ekspansi bisnis di 2024, seiring dengan pemulihan kinerja perseroan sepanjang 2023 dan kuartal I-2024.
Dia mengatakan, salah satu strategi ekspansi tahun ini adalah menambah jumlah bus listrik, bersamaan dengan rencana Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek mengakselerasi pengembangan ekosistem angkutan umum berbasis listrik di Jabodetabek.
"Selain itu, kami juga akan terus memperkuat divisi rental berjangka panjang yang dapat memberikan fixed income atau pendapatan tetap bagi Perseroan," jelas Ryanta.
Strategi lainnya dari perseroan ialah membangun kerja sama dengan moda transportasi darat lainnya seperti kereta api cepat yang tengah dikembangkan Pemerintah. Tak hanya itu, Lorena juga akan melakukan peremajaan armada secara berkala di divisi AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) sehubungan dengan pulihnya perekonomian Indonesia.
"Kami juga akan terus melakukan efisiensi di segala bidang, meningkatkan kontrol penerimaan dan pengeluaran, implementasi cashless payment method untuk tiket dan memanfaatkan penjualan online yang telah dikembangkan selama 10 tahun, serta menggandeng mitra seperti Traveloka dan Redbus," papar dia.
Selanjutnya, perseroan akan terus mengembangkan angkutan bandara, Trans Jabodetabek Reguler (TJR) dan Jabodetabek Residence Connection (JRC) serta angkutan rental jangka panjang, sehingga perusahaan tak lagi hanya bergantung pada satu segmen yaitu AKAP.
Hingga per akhir Desember 2023, Lorena mengoperasikan Bus AKAP di lebih dari 20 rute di antaranya Pekanbaru, Jambi, Palembang, Prabumulih, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Madura, Malang, Jember, Banyuwangi, dan Denpasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News