"Tentunya ini adalah angka yang cukup besar di luar sektor keuangan syariah. Kita di BSI sendiri memproyeksikan nilai industri halal akan terus bertumbuh dari tahun ke tahun," ucap Direktur Utama BSI Hery Gunardi dalam webinar Perkembangan Industri Halal dan Peran Perbankan Syariah, Kamis, 9 Desember 2021.
Hery menegaskan dukungan pihaknya tersebut dimaksudkan agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton dan pasar bagi negara-negara lain. Dukungan itu diharapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai pemeran utama dalam panggung produsen halal dunia.
Di tengah pandemi covid-19, tren produk halal utamanya makanan dan minuman sangat diminati masyarakat dunia. Masyarakat menilai bahwa dengan proses sertifikasi halal menandakan makanan halal tersebut lebih higienis dibandingkan yang tidak disertifikasi.
"Ini adalah satu peluang buat kita yang ada di Indonesia. Tapi dari sisi lain juga tantangannya adalah kompetisi, karena potensinya besar, negara dengan bukan basis penduduk muslim terbesar juga ikut meramaikan kompetisi ini," jelas dia.
Thailand misalnya, saat ini Negeri Gajah Putih tersebut sudah mulai membangun wisata halal. Lalu Korea Selatan (Korsel) yang sudah 'getol' membangun membangun pusat kosmetik halal.
"Kita juga melihat bahwa produsen atau eksportir daging sapi, daging burung, dan daging unggas itu datangnya bukan dari negara dengan populasi penduduk muslim terbesar, misalnya dari Brasil, Australia, ataupun dari negara-negara yang tentunya tidak terlalu banyak populasi muslimnya," bebernya.
Oleh karena itu, guna mewujudkan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan syariah dunia, semua pihak yang ada di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah perlu bersinergi satu sama lain.
"Sinergi yang paling mudah adalah sinergi antara sektor keuangan syariah dengan sektor riil syariah atau bisa disebut dengan industri halal. Kondisi yang terjadi saat ini adalah kurang terkoneksinya antara sektor keuangan syariah tersebut dengan industri halal," tutup Hery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News