Foto: AFP.
Foto: AFP.

Risiko Volatilitas Yuan Lebih Rendah dari Dolar AS

Antara • 05 Agustus 2021 17:11
Jakarta: Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal menilai jarak antara naik dan turunnya harga saham serta volatilitas yuan Tiongkok lebih rendah dibandingkan dolar AS.
 
"Chinese yuan risiko volatilitasnya cukup kecil. Karena penggunaan mata uang dolar AS cukup masif di tingkat global, menghadirkan variasi risiko yang cukup besar, sehingga dolar AS itu kecenderungannya volatile terhadap mata uang regional," ujar Fithra dalam diskusi daring BPPP Kemendag, dilansir dari Antara, Kamis, 5 Agustus 2021.
 
Kalaupun volatilitas yuan terjadi, kata dia, tidak akan dialami dalam jangka pendek. Volatilitas yuan yang lebih rendah tersebut menjadi salah satu faktor pendorong penerapan mata uang lokal atau Local Current Settlement (LCS) Indonesia-Tiongkok.

Selain itu faktor varies composition juga menjadi penentu LCS Indonesia-Tiongkok. Ia menyebut variasi dolar AS tidak terlalu mengusik pergerakan nilai tukar rupiah, seperti, seperti inflasi dolar AS yang saat ini tertinggi sejak 2008, tidak tertangkap oleh rupiah.
 
"Variasi rupiah dan IHSG lebih banyak ditentukan variasi regional dan domestik. Tapi kalau kita ambil yuan Tiongkok, itu lebih kuat hubungannya dengan pergerakan dari nilai tukar rupiah dan beberapa selected macro indicators lainnya," ujar Fithra.
 
Fithra yang juga dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia berpendapat bahwa kerja sama LCS Indonesia-Tiongkok akan membawa keuntungan besar untuk kedua negara karena intensitas perdagangan ke depan akan mengarah ke ASEAN.
 
Meski ada beberapa risiko, ia menilai benefit dari LCS Indonesia-Tiongkok lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan, karena porsi pasar perdagangan baik impor dan ekspor antar kedua negara lebih besar dibandingkan dengan Amerika.
 
"Ini kan kita memangkas ongkos transaksi tidak usah mutar-mutar terlalu jauh, orang kita dagang dengan Tiongkok kenapa pakai dolar AS. Jadi dalam konteks bilateral trade atau bahkan kita bicara regional trade, ini akan jauh lebih sahih apabila kita menggunakan LCS ini," jelasnya.
 
Adapun pada Oktober 2020, Bank Indonesia dengan Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) telah menekan nota kesepahaman terkait kerja sama LCS. Kemudian pada awal Agustus ini, mengumumkan bahwa seluruh persyaratan maupun teknis operasional transaksi LCS dengan Tiongkok sudah rampung.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan