Jakarta: Bank Indonesia (BI) kembali menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp137,24 triliun agar kondisi pasar keuangan tetap longgar dan stabil.
"Kondisi likuiditas sangat longgar didorong kebijakan moneter yang akomodatif dan dampak sinergi Bank Indonesia dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI secara virtual, Kamis, 18 November 2021.
Dengan begitu, injeksi likuiditas oleh Bank Indonesia sejak 2020 sampai dengan 16 November 2021 telah mencapai Rp863,81 triliun. Sepanjang 2021, jelasnya, Bank Indonesia telah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2021 sebesar Rp143,32 triliun sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia 16 April 2020 sebagaimana telah diperpanjang pada 11 Desember 2020 hingga 31 Desember 2021.
"Pembelian tersebut terdiri dari Rp67,87 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO)," paparnya.
Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada Oktober 2021 sangat longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 34,05 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 9,44 persen (yoy).
Sementara itu, Perry menekankan bahwa kondisi likuiditas perekonomian meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 14,6 persen (yoy) dan 10,4 persen (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News