"Kualitas pendidikan program studi rumpun ekonomi dan keuangan syariah masih perlu diperbaiki," kata Ma'ruf dikutip dari Mediaindonesia.com, Selasa, 29 Desember 2020.
Ia menyebutkan saat ini dari sekitar 800 program studi ekonomi dan keuangan syariah tapi hanya sebagian kecil yang sudah terakreditasi. Bahkan masih banyak program studi yang belum terakreditasi sama sekali.
"Berdasarkan data Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 2018, dari yang sudah terakreditasi baru 10 program studi Ekonomi Syariah yang terakreditasi A. Sedangkan yang terakreditasi B baru sejumlah 99 program studi dan sisanya terakreditasi C berjumlah 98 program studi," paparnya.
Selain itu, jumlah lembaga sertifikasi dan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi pun masih sangat sedikit. Berdasarkan data dari lembaga sertifikasi profesi bidang ekonomi syariah di Indonesia, jumlah lulusan tenaga ahli yang tersertifikasi baru sebanyak 231 orang.
"Dari sisi proporsi lulusan program ekonomi dan keuangan Syariah, saat ini baru sekitar 10 persen SDM yang memiliki pendidikan ekonomi syariah yang bekerja di industri perbankan syariah. Sisanya adalah SDM dengan pendidikan ekonomi konvensional yang menerima pelatihan terkait perbankan syariah," jelas dia.
Wapres mengaku mendapatkan informasi dari berbagai pelaku industri ekonomi dan keuangan syariah bahwa mereka yang lulus dari pendidikan tinggi dengan prodi ekonomi dan keuangan syariah, kebanyakan tidak siap pakai karena tidak memiliki kompetensi yang sesuai.
"Atau dalam Bahasa yang lebih populer tidak terjadi link and match yang kuat antara perguruan tinggi dan industri," ungkap dia.
Dari segi peningkatan kualitas kompetensi keahlian profesi, ungkapnya, jumlah lembaga sertifikasi profesi ekonomi dan keuangan syariah juga belum memadai dari sisi kebutuhannya.
"Walaupun sudah tersedia beberapa Standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah, namun belum dapat mengejar perkembangan kompetensi keahlian profesi yang dibutuhkan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News