Ilustrasi mata uang rupiah - - Foto: AFP/Bay Ismoyo.
Ilustrasi mata uang rupiah - - Foto: AFP/Bay Ismoyo.

Waduh! Rupiah Tersungkur Lagi, Nyaris Rp15 Ribu/USD

Husen Miftahudin • 12 Juli 2022 16:48
Jakarta: Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kekhawatiran krisis energi yang dinilai akan membawa AS ke dalam jurang resesi.
 
"Dolar AS menguat ke level 107, 60 terhadap mata uang lainnya, didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih cepat dan lebih jauh dari teman sebaya (negara-negara maju lainnya)," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya, Selasa, 12 Juli 2022.
 
Dijelaskan lebih lanjut, dolar AS telah menguat di tengah ekspektasi The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif karena mengatasi inflasi yang melonjak. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli.

"Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuannya akan naik menjadi 3,50 persen pada Maret, dari 1,58 persen saat ini," paparnya.
 
Presiden Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan, ekonomi AS dapat mengatasi suku bunga yang lebih tinggi dan menegaskan kembali dukungannya untuk kenaikan suku bunga pada bulan ini.
 
"Di sisi lain, data harga konsumen adalah fokus utama ekonomi AS minggu ini. Ekonom yang disurvei oleh Reuters mengharapkan indeks menunjukkan harga konsumen naik sebesar 8,8 persen (yoy) pada Juni," urainya.
 
Di dalam negeri, Ibrahim memperingatkan pemerintah terhadap kenaikan utang. Sebab dengan kondisi yang tak menentu akibat krisis global yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina, mengakibatkan kebangkrutan suatu negara akibat utang yang menumpuk.
 
Karena itu, pemerintah harus mengantisipasi kondisi utang negara guna menghindari kebangkrutan, selayaknya Sri Lanka. Walaupun saat ini posisi utang Indonesia masih di bawah ambang batas sesuai Undang-Undang (UU), namun terlihat adanya kenaikan yang signifikan.
 
"Ini harus dipandang secara hati-hati. Utang Indonesia semakin meningkat tajam, penerimaan juga belum optimal, inflasi semakin naik, ini bisa menjadikan bumerang bagi Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu terus mengawasi dan mengingatkan ke pemerintah agar pengelolaan utang dapat lebih bijaksana, sehingga Indonesia tak perlu mengalami kondisi yang serupa dengan Sri Lanka," tegas Ibrahim.
 
Baca juga: Presiden Fed: Perubahan Suku Bunga Tiba-Tiba Bisa Tekan Ekonomi AS

 
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah ke level Rp14.995 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 20 poin atau setara 0,13 persen dari posisi Rp14.975 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp14.992 per USD. Rupiah melemah 18 poin atau setara 0,12 persen dari Rp14.974 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp14.993 per USD atau turun 24 poin dari perdagangan di hari sebelumnya sebesar Rp14.969 per USD.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.980 per USD sampai Rp15.030 per USD," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan