Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

Harga Acuan Batu Bara Anjlok, 3 Emiten Ini Langsung Panas Dingin!

Angga Bratadharma • 02 Februari 2023 12:02
Jakarta: Harga acuan batu bara Newcastle Coal Futures mengalami penurunan 25,9 persen MoM menjadi  USD265,35 per ton untuk kontrak Februari dan merupakan titik terendah sejak April 2022. Lantas, seperti apa dampaknya terhadap kinerja saham-saham yang berkaitan dengan batu bara di Tanah Air?
 
Mengutip Stockbit Snips, Kamis, 2 Februari 2023, Reuters melaporkan penurunan harga batu bara dipicu oleh beberapa penyebab, salah satunya permintaan batu bara dari Eropa yang melandai. Tren tersebut didorong oleh cuaca yang relatif hangat saat musim dingin, yang menyebabkan meredanya kekhawatiran atas kelangkaan energi.
 
Berdasarkan data dari firma analitik Kpler, impor batu bara Eropa pada Januari 2023 diprediksi mengalami penurunan cukup tajam sebesar minus 30 persen YoY dan minus 23 persen MoM. Selain Eropa, Kpler juga memprediksi penurunan permintaan dari beberapa negara importir utama, seperti Tiongkok dan India.

Tiongkok diperkirakan hanya akan mengimpor 23,96 juta ton batu bara pada Januari 2023 dibandingkan dengan Desember 2022 yang mencapai 28,33 juta ton. Jika realisasinya sejalan dengan perkiraan tersebut, ini akan menjadi angka terendah sejak Agustus 2022.
Baca: Menteri LHK Tegaskan Keseriusan Indonesia Tangani Perubahan Iklim

Sementara itu, India diperkirakan hanya akan mengimpor 16,2 juta ton batu bara pada Januari 2023. Angka tersebut sedikit lebih rendah dari realisasi 16,22 juta ton pada Desember 2022, yang merupakan impor batu bara terendah India sejak Februari 2022.
 
Melandainya harga batu bara pada awal 2023 cenderung lebih disebabkan oleh melemahnya permintaan dari Eropa, seiring memudarnya ancaman suplai energi di benua tersebut. Meski impor dari beberapa negara besar terlihat turun, ada beberapa faktor yang dapat menopang permintaan ke depan.
 
Pertama, pembukaan kembali ekonomi Tiongkok berpotensi meningkatkan kembali aktivitas manufaktur, yang akan berdampak pada naiknya kebutuhan energi. Selain itu, naiknya permintaan listrik di India menyebabkan negara tersebut menunda penghentian operasi PLTU hingga 2030.
 
Permintaan listrik pada jam-jam puncak di India tercatat naik lima persen pada tahun ini, yang menyebabkan kekhawatiran kembali terjadinya krisis energi jika tidak disertai dengan kapasitas listrik yang memadai.
 
Dari sisi domestik, Pemerintah Indonesia masih terlihat optimistis dengan pasar ekspor batu bara pada tahun ini, ditandai dengan naiknya target produksi menjadi 695 juta ton (vs 2022: 687 juta ton). Dari jumlah tersebut, 518 juta ton di antaranya direncanakan untuk pasar ekspor (vs 2022: 494 juta ton).
 
Pelemahan harga batu bara mulai menular kepada saham-saham produsennya. Beberapa saham tercatat mengalami penurunan yang cukup dalam sejak awal tahun, seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk atau ADRO (minus 17,5 persen), PT Bukit Asam Tbk atau PTBA (minus 7,86 persen), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk atau ITMG (minus 8,59 persen).

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan