Jakarta: Bank Indonesia (BI) akan terus melakukan berbagai upaya preventif dalam mengantisipasi peredaran uang palsu pada bulan Ramadan 2022. Guna mendorong upaya tersebut, bank sentral terus melakukan edukasi dan bekerja sama dengan pihak terkait.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Uang Marlison Hakim juga meminta masyarakat untuk semakin mengenali keaslian uang rupiah. BI juga sudah menggaungkan ini sejak lama terkait dengan 3D (dilihat, diraba, diterawang) untuk meneliti keaslian uang.
Menurut data BI, penemuan peredaran uang palsu sudah semakin turun dari tahun ke tahun. Peredaran uang palsu di Indonesia diukur dari rasio peredaran lembar uang palsu per satu juta piece per million (ppm).
Pada 2019, rata-rata ditemukan sebanyak sembilan lembar dalam satu juta. Kemudian pada 2020 turun menjadi lima dalam satu juta lembar, dan pada 2021 turun lagi menjadi empat lembar per satu juta. Pada kuartal I-2022 ini pun, baru ditemukan satu lembar dari satu juta.
"Penurunan peredaran uang palsu sendiri tak lepas dari upaya preventif yang dilakukan oleh bank sentral dan otoritas terkait selama ini," kata Marlison dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 5 April 2022.
Bank Indonesia juga menyoroti transaksi ekonomi dan keuangan digital yang meningkat secara pesat, bila dibandingkan dengan tahun lalu, termasuk dari nilai transaksi di e-commerce.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) BI Filianingsih Hendarta menyebut, peningkatan ini tercatat tak hanya di total nilai transaksi, tetapi juga di total volume.
Menurut data BI, total nilai transaksi e-commerce pada Februari 2022 tercatat Rp30,8 triliun atau naik 12,82 persen year on year (yoy) dari nilai Februari 2021 yang sebesar Rp27,3 triliun.
"Total volume penjualan e-commerce pada Februari 2022 tercatat 222,9 juta transaksi atau naik 27,67 persen (yoy) dari volume penjualan e-commerce pada Februari 2021 yang sebesar 174,6 juta transaksi," kata Filianingsih.
Penguatan transaksi digital ini tak lepas dari perluasan pembayaran digital yang kemudian memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi termasuk transaksi dalam hal konsumsi.
"Mindset masyarakat yang telah berubah, diikuti konsumsi dan cara transaksi yang berubah. Kemudian pola perilaku ini menjadi kebiasaan, yaitu untuk belanja secara daring," tuturnya.
Selain itu, minat masyarakat yang bergeser juga didukung dengan kemudahan dan banyaknya promo yang ditawarkan oleh baik dari sistem pembayaran digital maupun dari platform e-commerce.
Total nilai transaksi dan volume penjualan di e-commerce pada Februari 2022 sedikit menurun bila dibandingkan dengan Januari 2022. Total nilai penjualan e-commerce pada Februari 2022 tercatat turun 16,23 persen (mom), sedangkan volume penjualan turun 14,76 persen (mom).
Penurunan ini sejalan dengan pola musiman, yaitu normalisasi konsumsi setelah pada akhir tahun dan awal tahun masyarakat masih berbelanja mengingat ada momen Natal dan Tahun Baru.
"Tetapi bulan depan dan selanjutnya total transaksi akan makin bertambah, dimulai pada Maret 2022 maupun April 2022 terutama dalam menyambut momen Ramadan dan Idulfitri," pungkas Filianingsih.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Uang Marlison Hakim juga meminta masyarakat untuk semakin mengenali keaslian uang rupiah. BI juga sudah menggaungkan ini sejak lama terkait dengan 3D (dilihat, diraba, diterawang) untuk meneliti keaslian uang.
Menurut data BI, penemuan peredaran uang palsu sudah semakin turun dari tahun ke tahun. Peredaran uang palsu di Indonesia diukur dari rasio peredaran lembar uang palsu per satu juta piece per million (ppm).
Pada 2019, rata-rata ditemukan sebanyak sembilan lembar dalam satu juta. Kemudian pada 2020 turun menjadi lima dalam satu juta lembar, dan pada 2021 turun lagi menjadi empat lembar per satu juta. Pada kuartal I-2022 ini pun, baru ditemukan satu lembar dari satu juta.
"Penurunan peredaran uang palsu sendiri tak lepas dari upaya preventif yang dilakukan oleh bank sentral dan otoritas terkait selama ini," kata Marlison dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 5 April 2022.
Bank Indonesia juga menyoroti transaksi ekonomi dan keuangan digital yang meningkat secara pesat, bila dibandingkan dengan tahun lalu, termasuk dari nilai transaksi di e-commerce.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran (DKSP) BI Filianingsih Hendarta menyebut, peningkatan ini tercatat tak hanya di total nilai transaksi, tetapi juga di total volume.
Menurut data BI, total nilai transaksi e-commerce pada Februari 2022 tercatat Rp30,8 triliun atau naik 12,82 persen year on year (yoy) dari nilai Februari 2021 yang sebesar Rp27,3 triliun.
"Total volume penjualan e-commerce pada Februari 2022 tercatat 222,9 juta transaksi atau naik 27,67 persen (yoy) dari volume penjualan e-commerce pada Februari 2021 yang sebesar 174,6 juta transaksi," kata Filianingsih.
Penguatan transaksi digital ini tak lepas dari perluasan pembayaran digital yang kemudian memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi termasuk transaksi dalam hal konsumsi.
"Mindset masyarakat yang telah berubah, diikuti konsumsi dan cara transaksi yang berubah. Kemudian pola perilaku ini menjadi kebiasaan, yaitu untuk belanja secara daring," tuturnya.
Selain itu, minat masyarakat yang bergeser juga didukung dengan kemudahan dan banyaknya promo yang ditawarkan oleh baik dari sistem pembayaran digital maupun dari platform e-commerce.
Total nilai transaksi dan volume penjualan di e-commerce pada Februari 2022 sedikit menurun bila dibandingkan dengan Januari 2022. Total nilai penjualan e-commerce pada Februari 2022 tercatat turun 16,23 persen (mom), sedangkan volume penjualan turun 14,76 persen (mom).
Penurunan ini sejalan dengan pola musiman, yaitu normalisasi konsumsi setelah pada akhir tahun dan awal tahun masyarakat masih berbelanja mengingat ada momen Natal dan Tahun Baru.
"Tetapi bulan depan dan selanjutnya total transaksi akan makin bertambah, dimulai pada Maret 2022 maupun April 2022 terutama dalam menyambut momen Ramadan dan Idulfitri," pungkas Filianingsih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News