baca juga: BI Tahan BI Rate Tetap di 6,25% |
"Kami melihat BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya di 6,25 persen," ujar Teuku Riefky, dilansir Antara, Kamis, 20 Juni 2024.
Ia menyatakan, dengan mempertahankan BI rate, maka perbedaan suku bunga dengan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, saat ini masih terkendali.
Hal tersebut pun diharapkan dapat mendukung intervensi moneter melalui strategi triple intervention, yakni intervensi aktif di pasar spot valuta asing, pembelian Surat Berharga Negara (SBN), dan intervensi di pasar domestic non-delivery forward (DNDF) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Rupiah ke level terendah sejak April 2020
Menurut dia, nilai tukar rupiah hingga kini masih belum stabil, bahkan terdepresiasi sebesar 2,79 persen dari Rp15.950 per USD pada 17 Mei menjadi Rp16.395 per USD pada 14 Juni."Angka ini menandai level terendah sejak April 2020, saat awal pandemi. Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS, yang telah berdampak pada mata uang global," kata Riefky.
Ia mencatat tren tersebut tidak hanya terjadi terhadap rupiah, tapi juga mata uang beberapa negara Asia lainnya, seperti baht Thailand, ringgit Malaysia, dan won Korea Selatan. Ia pun menilai rupiah masih menunjukkan kinerja yang moderat dibandingkan dengan mata uang negara lain.
Riefky mengatakan, kinerja rupiah yang tetap moderat di tengah tekanan dolar AS tersebut didukung oleh tingkat inflasi tahunan yang terjaga serta kenaikan cadangan devisa.
Ia menyampaikan, setelah perayaan Idulfitri 1445 Hijriah, secara umum terjadi penurunan tingkat inflasi tahunan yakni dari tiga persen pada April 2024 menjadi 2,84 persen pada Mei 2024.
Terkait cadangan devisa, ia menuturkan nilai komponen tersebut naik dari USD136,2 miliar pada April 2024 menjadi USD138,97 miliar pada Mei 2024.
Kini Indonesia pun memiliki cadangan devisa setara dengan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Peningkatan cadangan devisa ini didukung oleh penerbitan obligasi global, arus masuk ke pasar obligasi domestik, dan investasi di SRBI," ucap Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News