Mengutip data Bloomberg, Kamis, 12 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.699 per USD. Mata uang Garuda tersebut tak bergerak dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup stagnan walaupun sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp15.699 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.699 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Sementara itu, data Yahoo Finance merekam rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.685 per USD. Rupiah justru menguat tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari Rp15.690 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.702 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga naik tipis delapan poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.710 per USD.
| Baca juga: Sempat Menguat, Rupiah Malah Berbalik Melemah |
Dibayangi wacana kenaikan suku bunga Fed
Ibrahim menilai pergerakan rupiah hari ini dibayangi risalah pertemuan terakhir The Fed yang menunjukkan sebagian besar pengambil kebijakan bank sentral sepakat untuk menaikkan suku bunga satu kali lagi karena tren inflasi terus jauh di atas target.
"Meskipun demikian, risalah tersebut juga menunjukkan ketidakpastian seputar perekonomian sebagai hal yang mendukung agar hati-hati dalam menentukan sejauh mana penguatan kebijakan tambahan yang tepat," terang dia.
Adapun minggu-minggu setelah pertemuan September terjadi kenaikan tajam dalam imbal hasil Treasury, dan hal ini disebut oleh sejumlah pejabat Fed sebagai faktor yang memungkinkan mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, sehingga merugikan mata uang AS.
Penurunan terbatas pada Kamis setelah angka inflasi produsen AS pada September lebih kuat dari perkiraan, menciptakan ketegangan menjelang pembacaan harga konsumen di sesi ini.
Analis memperkirakan angka utama akan naik 3,6 persen (yoy) dan 0,3 persen (mom) untuk bulan ini. Sementara CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar, diperkirakan akan naik 4,1 persen (yoy) dan 0,3 persen (mom).
"Selain itu, perekonomian Inggris tumbuh 0,2 persen pada Agustus, sebagian pulih setelah penurunan tajam 0,6 persen pada Juli. Pertumbuhan ini mengurangi kemungkinan resesi yang dimulai pada periode Juli-September, dengan ONS menyatakan perekonomian perlu tumbuh sebesar 0,2 persen pada September untuk menghindari kontraksi pada kuartal ketiga," ujar Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id