Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Rupiah 'Deg-degan' Menanti Arah Kebijakan Suku Bunga The Fed

Husen Miftahudin • 19 September 2023 09:53
Jakarta: Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi kembali melemah pada perdagangan hari ini. Sentimen pergerakan mata uang Garuda didominasi langkah dan kebijakan The Fed.
 
"Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya ketika mengumumkan keputusan terbarunya pada Rabu. Namun juga kemungkinan akan mempertahankan sikap hawkishnya, menandakan kemungkinan setidaknya satu kali kenaikan lagi pada tahun ini," ungkap Ibrahim dalam analisis harian, dikutip Selasa, 19 September 2023.
 
Selain itu, lanjut dia, para pelaku pasar keuangan juga khawatir atas penutupan pemerintahan AS, karena para anggota parlemen Partai Republik berdebat mengenai belanja pertahanan dan pemotongan belanja fiskal yang lebih luas. Anggota parlemen memiliki waktu sekitar dua minggu untuk meloloskan rancangan undang-undang belanja baru dan menghindari penutupan.
Di sisi lain, Bank of England juga mengadakan pertemuan minggu ini, dan kemungkinan akan menaikkan suku bunga untuk ke-15 kalinya pada Kamis karena inflasi tetap tinggi bahkan ketika perekonomian Inggris sedang naik.
 
Meskipun demikian, prospek perekonomian secara keseluruhan terlihat cukup suram, dengan badan perdagangan manufaktur utama Inggris pada Senin memangkas perkiraan pertumbuhan sektor ini untuk tahun ini dan tahun depan, dengan alasan penurunan tajam dalam output pabrik dan ketidakpastian ekonomi.
 
"Hal ini meningkatkan kemungkinan BoE mungkin memberi sinyal berakhirnya siklus kenaikan suku bunga setelah perkiraan kenaikan suku bunga pada Kamis," tutur dia.
 
Meskipun, kenaikan suku bunga apa pun kemungkinan akan memberikan dukungan terhadap yen, mata uang ini masih mengalami kesulitan di tengah menurunnya minat carry trade dan semakin lebarnya kesenjangan antara suku bunga lokal dan AS.
 
Pembuat kebijakan ECB Luis de Guindos, Frank Elderson, dan Fabio Panetta dijadwalkan akan berbicara pada Senin malam. Komentar mereka akan dipelajari untuk mengetahui sejauh mana perbedaan pendapat dari anggota kelompok yang lebih hawkish mengenai indikasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga selama setahun setelah bank sentral menaikkan suku bunga utama sebesar 25 basis poin ke rekor tertinggi, puncaknya pada minggu lalu.
 
Baca juga: The Fed "Si Penentu" Gerak Pasar
 

Tantangan ketidakpastian ekonomi


Ibrahim mengungkapkan, Bank Indonesia (BI) menekankan tiga tantangan utama yang perlu dicermati oleh pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.
 
Ketiga tantangan tersebut antara lain meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat serta bergesernya sumber pertumbuhan ekonomi dunia.
 
Lalu, menyoal pesatnya perkembangan digitalisasi yang menyasar berbagai sektor ekonomi dan keuangan salah satunya sistem pembayaran, perlu didukung dengan inovasi yang memudahkan arus transaksi dalam perekonomian.
 
Kemudian, perubahan iklim dan demografi penduduk secara global. Sebagaimana tertuang dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi karbon sehingga dibutuhkan program transisi yang mampu turut menggerakkan faktor demografi demi mewujudkan ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan.
 
"Untuk menanggapi berbagai tantangan tersebut, BI memperkuat bauran kebijakan yang terintegrasi mencakup kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, keuangan inklusif, dan hijau," jelas dia.
 
Kemudian, lanjut Ibrahim, pengembangan hilirisasi bernilai tambah tinggi untuk menopang ketahanan pangan, energi maupun sumber daya alam lainnya guna mendukung ketahanan ekonomi nasional.
 
"Serta membuka kerja sama perdagangan dan investasi dengan skema yang menguntungkan, dapat mengoptimalkan hilirisasi, dan mampu memberdayakan sumber pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," terang Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan kembali ditutup melemah.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.350 per USD hingga Rp15.430 per USD," tutup Ibrahim.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(HUS)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif