ilustrasi Batu Bara. Foto   : MI.
ilustrasi Batu Bara. Foto : MI.

Bukit Asam Alihkan Ekspor ke Pasar Baru

Ilham wibowo • 04 Mei 2020 19:36
Jakarta: Emiten tambang pelat merah, PT Bukit Asam Tbk segera mengalihkan ekspor batu bara ke negara yang relatif lebih aman dari pandemi covid-19. Beberapa negara telah menyatakan minat untuk melakukan pembelian.
 
Direktur Utama Bukit Asam (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan perseroan sedang menjajaki pasar Kamboja, Vietnam, Brunei Darussalam, Thailand, Hong Kong, dan Korea Selatan untuk menjadi mitra dagang baru. Negara tersebut jadi alternatif dari ekspor terbesar yang biasanya dilakukan ke India dan Tiongkok.
 
“Tantangan cukup besar pada 2020, seiring penyebaran virus corona. PTBA harus tetap bertahan dalam kondisi ini, dan salah satunya harus mencari pasar baru ekspor,” kata Arviyan dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 4 Mei 2020

Ekspor batu bara tujuan pasar baru tersebut sangat dimungkinkan karena sumber daya alam ini tetap jadi pilihan kebutuhan energi primer di sejumlah negara. Langkah merupakan strategi PTBA untuk tetap mempertahankan kinerja di triwulan II-2020.
 
"Pelabuhan di India tidak boleh ada kapal masuk, sampai Maret kemarin kami masih bisa cari alternatif ke pasar baru untuk kita jual BB ke Kamboja dan Vietnam yang masih bisa menerima," tuturnya.
 
Selain mengalihkan pasar ekspor BUMN yang memiliki lokasi penambangan di Tanjung Enim, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan ini juga melakukan efisiensi dalam pengelolaan usaha. Hal ini dilakukan lantaran harga batu bara yang cenderung dalam level yang rendah.
 
“Program efisiensi terus kami lakukan, untuk mengendalikan pengeluaran, termasuk inovasi dalam penambangan. Kami juga sedang mencari lokasi-lokasi baru penambangan, yang stripping ratio dan jarak angkut rendah,” ungkapnya.
 
Adapun PTBA mampu meraup laba Rp1 triliun pada triwulan I (Januari-Maret) 2020 dengan penjualan batu bara meningkat 2,1 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya, atau naik dari 6,6 juta ton menjadi 6,8 juta ton.
 
Sementara itu untuk angkutan batu bara dengan menggunakan kereta api mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari 5,8 juta ton menjadi 6,5 juta ton.
 
Capaian positif ini terjadi di tengah penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29,5 persen. Harga batu bara termal Indonesia (Indonesian Coal Index /ICI) GAR 5.000 sebesar 6,9 persen dibandingkan harga rata-rata triwulan I-2019.
 
Arviyan menambahkan bahwa kinerja baik di triwulan I ini sulit berlanjut di triwulan II jika eskalasi penyebaran virus corona belum berakhir. Pihaknya juga telah menyiapkan skenario terburuk untuk mengantisipasi dampak covid-19 apabila berlanjut hingga akhir tahun.
 
“Kami sedang mengkaji kemungkinan merevisi target, karena harus realistis juga. Jika perkiraan ahli bahwa pandemi ini berakhir di Juni atau Juli meleset, maka mau tak mau kami harus melakukan perubahan target,” tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan