Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengungkapkan penerbitan obligasi hijau atau instrumen-instrumen lain mungkin akan menjadi alternatif pembiayaan berkelanjutan yang akan dipertimbangkan ke depan.
"Dengan demikian sangat dimungkinkan kedepannya aksi korporasi yang mendukung lingkungan, sosial, dan tata kelola akan terus dilakukan," ujar Novita, dalam Public Expose Live 2022 yang diselenggarakan secara virtual oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, dilansir dari Antara, Rabu, 14 September 2022.
Ia mengatakan penerbitan obligasi hijau BNI pada Juni 2022 berhasil menjadi salah satu transaksi yang bersejarah karena BNI telah menjadi bank nasional pertama yang menerbitkan obligasi hijau dengan denominasi rupiah.
Baca: Menkeu: Pemda yang Bisa Tekan Inflasi Bakal Dapat Insentif Rp10 Miliar |
Adapun dana yang terhimpun dari penerbitan obligasi hijau sebesar Rp5 triliun digunakan untuk berbagai pembiayaan proyek-proyek yang dalam kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL).
Novita melihat energi bersih dan ekonomi hijau memiliki potensi yang masih besar kedepannya, apalagi pemerintah pada 2060 juga menargetkan Indonesia bisa mencapai emisi nol bersih.
"Jadi ini akan mendukung rencana pemerintah tersebut. Kami melihat BNI sebagai perbankan memiliki peran yang penting untuk memberikan dukungan pembiayaan pada segmen hijau dan pengembangan produk atau jasa keuangan yang berkelanjutan," katanya.
Dari segi pembiayaan, lanjut dia, hingga semester I-2022 BNI telah menyalurkan kredit hijau sebesar Rp176,6 triliun atau sebesar 28,6 persen dari total kredit perseroan. Jika dilihat lebih lanjut, pertumbuhan tertinggi pembiayaan segmen hijau BNI terjadi pada sektor energi terbarukan, khususnya untuk pembiayaan pada proyek Hydro Power Plants.
Selain itu, pembiayaan hijau juga diberikan untuk pemberdayaan UMKM, pengelolaan lahan berkelanjutan, pengendalian polusi, serta pengelolaan air dan limbah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News