"Dolar AS yang merupakan tempat berlindung yang aman melemah secara luas karena imbal hasil Treasury terus mundur. Kondisi ini memulihkan ketenangan di pasar global dan menyalakan kembali permintaan untuk aset berisiko," ungkap Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya yang dikutip Medcom.id, Rabu, 3 Maret 2021.
Adapun penurunan imbal hasil obligasi AS terjadi selama empat hari berturut-turut setelah melompat ke level tertinggi satu tahun pada pekan sebelumnya. Pasar kembali stabil setelah investor bereaksi terhadap lonjakan dengan aksi jual yang tajam meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi AS dari covid-19 dapat menyebabkan kembali turunnya harga obligasi dan derivatif.
Dari sisi bank sentral, pejabat The Fed menghadapi potensi serangan inflasi musim semi berkat peluncuran vaksin covid-19 dan pengeluaran pemerintah. Namun begitu, bank sentral AS itu akan tetap mempertahankan rencana moneter ultra mudah mereka.
Selain itu, Gubernur The Fed Lael Brainard berpegang pada retorika dovish lantaran masih banyak alasan untuk menutupi pekerjaan dan inflasi. Namun dia juga mencermati perkembangan pasar obligasi akibat kecepatan pergerakannya.
Di sisi lain, stimulus fiskal telah memicu ekspektasi pasar untuk pemulihan yang cepat dan investor juga melacak kemajuan paket stimulus AS senilai USD1,9 triliun. Diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden pada awal tahun, RUU tersebut disahkan oleh DPR pada pekan sebelumnya dan akan diperdebatkan oleh Senat dalam minggu ini.
"Sementara itu, Anggota Dewan Bank Sentral Eropa Fabio Panetta mengatakan otoritas moneter blok tersebut harus memperluas pembelian obligasi atau bahkan meningkatkan kuota yang dialokasikan untuk mereka jika diperlukan untuk menjaga imbal hasil turun," papar Ibrahim.
Dari sisi internal, Ibrahim memandang bahwa setahun pandemi covid-19 mewabah di Indonesia perekonomian masih terjerembab di jurang resesi. Sejak kuartal II-2020, ekonomi Indonesia terus mengalami kontraksi sehingga ekonomi sepanjang tahun lalu masih minus 2,07 persen.
Meski begitu, jelasnya, pemerintah meyakini di 2021 ini ekonomi Indonesia akan pulih atau tumbuh positif pada kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Prediksi tersebut sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang diperkirakan akan tumbuh di rentang 4,0 persen hingga 5,5 persen di tahun ini.
"Prediksi itu mengacu pada angka kesembuhan dari kasus covid-19 yang meningkat hingga 85,88 persen dan tren angka kematian yang terus turun 2,71 persen. Selain itu, pemerintah melalui berbagai kebijakan terus mengupayakan agar laju penyebaran virus bisa ditekan sehingga kesehatan dan perekonomian kita dapat pulih kembali," tuturnya.
Jika sektor kesehatan bisa teratasi, maka perekonomian kembali pulih dan bisa dilihat dari konsumsi domestik yang meningkat. Kemudian, aktivitas manufaktur masih berada pada level ekspansif 50,9 pada Februari 2021, indeks kepercayaan konsumen juga terus membaik, serta permintaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat.
"Berdasarkan perkembangan tersebut, pemulihan ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang mampu menurunkan angka kematian sembari mempertahankan kinerja ekonomi yang relatif baik," terang Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id