Direktur Portofolio Adira Finance Harry Latif mengatakan Ramadan biasanya menjadi momentum peningkatan konsumsi masyarakat. Namun, tahun ini kembali berbeda karena pandemi covid-19 belum berakhir. Bahkan, kondisi kian tak menentu manakala pemerintah memutuskan untuk melarang mudik pada tahun ini.
"Namun kami optimistis bahwa hal ini tidak menyurutkan minat konsumsi masyarakat untuk kendaraan bermotor maupun untuk kebutuhan lainnya. Dan saat ini kalau dilihat secara umum industri otomotif sudah meningkat terutama oleh adanya relaksasi pajak penjualan atas barang mewah atau PPnBM," tuturnya, dalam konferensi pers virtual, Selasa, 6 April 2021.
Adira Finance, lanjutnya, meyakini kendaraan roda dua dan roda empat akan tumbuh 15 sampai dengan 20 persen dari bulan sebelumnya pada Lebaran 2021. "Dan tidak hanya pada industri otomotif, kami juga melihat potensi di multiguna. Jika melihat pengajuan multiguna kami yang hingga Februari 2021 ini sudah mencapai Rp550 miliar," tuturnya.
Terkait larangan mudik, Harry tak memungkiri akan memberikan efek terhadap laju bisnis. Pasalnya pada momentum mudik biasanya masyarakat akan pulang ke kampung dengan membawa motor, mobil, atau durable baru agar bisa dinikmati bersama keluarga di kampung halaman. Namun, hal itu sulit terjadi di tahun ini karena mudik dilarang oleh pemerintah.
"Kami melihatnya di mobil karena memang 50 persen market mobil ada di Jabodetabek. Jadi baik motor maupun mobil penyebarannya akan di masing-masing wilayahnya sendiri karena tidak boleh kembali ke kampungnya sehingga akhirnya kita juga mempersiapkan diri," tuturnya.
Lantaran masih dibayangi ketidakpastian, Adira Finance menyikapinya melalui empat strategi yang harapannya penyaluran pembiayaan tidak anjlok seperti pada tahun lalu. Adapun perbaikan diharapkan terjadi mengingat pembiayaan baru di 2020 anjlok 51 persen secara tahun ke tahun menjadi sebesar Rp18,6 triliun.
Direktur SDM dan Marketing Adira Finance Swandajani Gunadi mengatakan Adira Finance memiliki empat strategi untuk menjalani bisnis di sepanjang tahun ini. Pertama, Adira Finance terus meningkatkan penetrasi pasar otomotif dan memperluas jaringan pada bisnis non otomotif guna mendukung pertumbuhan bisnis.
"Yang kita ketahui bahwa tahun lalu (pertumbuhan pembiayaan baru) turun 51 persen menjadi Rp18 triliunan," kata Swandajani.
Kedua, Adira Finance melakukan diversifikasi produk pembiayaan dengan menawarkan berbagai pembiayaan durable maupun multiguna. Misalnya pembiayaan dana pendidikan, travel, dan juga untuk pembiayaan lainnya. Ketiga Adira Finance mempercepat proses digitalisasi dan juga pembangunan ekosistem digital.
"Seperti melakukan digitalisasi atau automatisasi dan juga berinvestasi di dalam bisnis digital. Juga untuk mempermudah proses pembiayaan bagi customer kami," ucapnya.
Keempat, Adira Finance terus melakukan fokus kepada customer centric. "Bagaimana kita bisa lebih dekat menjangkau pelanggan kami dan juga memberikan inovasi produk dan layanan kepada customer kami. Jadi ini empat strategi yang dilakukan di 2021 ini," pungkasnya.
Sebelumnya, Adira Finance mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,026 triliun di sepanjang 2020 atau turun sebanyak 51,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pembiayaan baru di 2020 tercatat sebesar Rp18,6 triliun atau turun 51 persen secara tahun ke tahun (yoy) ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya.
Pembiayaan baru pada segmen mobil dan sepeda motor masing-masing turun sebanyak 46 persen yoy dan 52 persen yoy. Hal itu membuat pangsa pasar Adira Finance pada segmen mobil dan sepeda motor juga ikut turun masing-masing menjadi 4,1 persen dan 9,5 persen di 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News