"Dalam upaya memperbaiki kinerja 2020, manajemen TINS melakukan sejumlah upaya berbasis efisiensi guna mendukung kinerja keuangan perseroan," kata Direktur Utama Timah M Riza Pahlevi Tabrani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 11 Juni 2020.
Ia menjelaskan emiten berkode TINS akan menjaga kesehatan posisi keuangan sekaligus mengurangi beban bunga sebagai upaya mengoptimalkan arus kas.
Selama kuartal I 2020, TINS secara bertahap melakukan de?leveraging dengan mengurangi posisi utang berbunga, disamping reprofiling utang bank baik dari jenis mata uang hingga jadwal pelunasan.
TINS juga berupaya untuk mengejar efisiensi biaya di semua lini produksi untuk menekan beban produksi dan beban usaha perusahaan.
"Beban bahan baku, misalnya, telah dicapai kesepakatan dengan pihak ketiga untuk kompensasi yang lebih ekonomis, seiring juga telah dilakukan efisiensi di beberapa lini operasi dan produksi," sebutnya.
Untuk menjaga kesinambungan usaha dan antisipasi persaingan bisnis pertimahan di masa mendatang, TINS tetap melakukan ekspor logam timah. Riza mengatakan pihaknya menyiapkan smelter baru dengan teknologi ausmelt yang lebih efisien dari sisi biaya produksi dan proses pengolahannya.
RUPS juga menyetujui laporan keuangan Timah tahun buku 2019 yang mencatatkan total pendapatan sebesar Rp19,3 triliun atau naik 75,45 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, yang tercatat sebesar Rp11,06 triliun.
Selama 2019, volume produksi logam timah TINS mencapai 76.389 Metrik Ton (MT), sedangkan pada 2018 produksi loga timah hanya mencapai 33.444 Metrik Ton (MT). Perusahaan juga mencatat volume penjualan sebesar 67.704 MT, sedangkan pada 2018 mencapai 33.818 MT.
Namun kinerja produksi dan pendapatan yang signifikan tersebut belum berbanding lurus dengan kinerja laba bersih yang mencatat rugi bersih sebesar Rp611,28 miliar.
Tekanan di pos beban pokok pendapatan dan beban bunga menjadi salah satu sebab tergerusnya laba TINS. "Upaya efisiensi yang dilakukan seiring meningkatnya produksi tidak dapat mengimbangi kecepatan turunnya harga logam timah dunia," tambahnya.
Tercatat beban pokok pendapatan sebesar Rp18,16 triliun atau naik 82,69 persen dibanding akhir 2018, yang tercatat sebesar Rp9,92 triliun.
Sementara kewajiban perseroan tercatat sebesar Rp15,1 triliun atau mengalami peningkatan 66,48 persen dibanding akhir 2018, yang tercatat sebesar Rp9,07 triliun.
Di sisi lain, sisi ekuitas tercatat sebesar Rp5,28 triliun atau turun 13,98 persen dibanding akhir tahun 2018, yang tercatat sebesar Rp6,14 triliun. Adapun aset perseroan tercatat senilai Rp20,36 triliun atau naik 33,71 persen dibanding akhir tahun 2018, yang tercatat senilai Rp15,22 triliun.
Dalam agenda RUPS juga menyetujui perubahan pengurus. Perubahan pengurus terjadi pada jajaran komisaris. Agus Rajani Panjaitan menempati posisi Komisaris Independen menggantikan Bambang Sunarwibowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News