"Saat ini tingkat kedalaman pasar keuangan RI relatif masih lebih rendah dibandingkan kawasan dan emerging market lainnya," katanya dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021 dilansir Antara, Kamis, 14 Ooktober 2021.
Luhut mengutip data Bank Dunia yang menunjukkan kapitalisasi pasar Indonesia pada 2020 sebesar 47 persen PDB, di bawah emerging market lainnya seperti India (99 persen) dan Malaysia (130 persen).
"Oleh sebab itu, berbagai inisiatif untuk mengakselerasi pengembangan dan pendalaman pasar keuangan perlu terus diupayakan," katanya.
Kinerja yang baik
Menko Luhut menyebut upaya yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan beberapa capaian yang patut dibanggakan, terutama di tengah tantangan covid-19.
Dari awal tahun sampai dengan 8 Oktober 2021, jumlah pencatatan baru saham mencapai 38 perusahaan, ditambah jumlah calon perusahaan tercatat yang sedang mengantre dalam pipeline sebanyak 25 calon perusahaan tercatat.
"Angka pencatatan baru saham ini juga merupakan yang tertinggi di ASEAN, serta masuk dalam urutan ke-12 di dunia," imbuhnya.
Sementara itu pada periode Januari hingga 8 Oktober 2021, rata-rata frekuensi saham mencapai 1,2 juta kali, meningkat 90 persen dibandingkan sepanjang 2020. Data frekuensi saham harian sejak awal 2021 juga terus mencatatkan rekor terbesar dan terbaru mencapai 2,1 juta kali pada 9 Agustus 2021. Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi di BEI merupakan yang tertinggi di antara Bursa Efek kawasan ASEAN sejak 2018.
Dari sisi permintaan, jumlah investor yang meliputi investor saham, reksadana, dan obligasi di pasar modal sampai 30 September 2021 mencapai 6,43 juta investor, meningkat 66 persen dibandingkan akhir 2020 atau hampir naik lima kali lipat sejak 2017.
Angka ini, lanjut Luhut, secara umum didominasi oleh investor ritel sebesar 90 persen dari total investor.
Per akhir September 2021 Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) investor ritel berkontribusi sebesar 64 persen dari total RNTH, meningkat dibandingkan akhir 2020 sebesar 48 persen. Sedangkan proporsi investor institusi terhadap RNTH saat ini sedang mengalami penurunan.
"Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak masyarakat, khususnya generasi milenial dan generasi Z yang proporsinya senilai 58 persen dari total investor ritel per Juli 2020, mereka melek terhadap investasi saham," jelasnya.
Terkait dengan aktivitas nonresiden/asing di pasar modal Indonesia, hingga Oktober 2021 tercatat besaran net inflow (MTD) senilai minus Rp3 triliun yang jauh lebih rendah dibandingkan Juli 2021 minus Rp27 triliun, yang disebabkan outflow di bidang obligasi pemerintah.
Sedangkan di sisi saham, secara rata-rata bulanan masih mencatatkan pembelian bersih sejak Mei 2021. Menurut Menko Luhut, hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor asing terhadap performa ekonomi di Indonesia, yang juga merupakan hasil dari kerja keras pengendalian dan pemulihan atas pandemi covid-19 sangatlah penting.
"Momentum seperti ini harus selalu dijaga karena pasar modal yang stabil dan kuat merupakan salah satu katalis penting dalam mendukung pertumbuhan di sektor riil menghadapi tantangan ke depannya," ujar Menko Luhut.
Ia pun mengingatkan, Indonesia tak bisa melarikan diri dari tantangan global yang akan semakin kompleks dan dinamis setiap harinya.
"Maka dari itu, kita perlu terus beradaptasi dan mengenali peluang dari setiap tantangan. Hal ini terutama perlu di sektor pasar modal yang krusial demi perekonomian," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News