Ilustrasi. FOTO: MI/ROMMY PUJIANTO
Ilustrasi. FOTO: MI/ROMMY PUJIANTO

Perlunya Menjaga Likuiditas saat Pandemi Covid-19

Angga Bratadharma • 29 Agustus 2020 15:05
Jakarta: Pandemi covid-19 telah berdampak negatif dan jauh lebih parah dari prediksi awal terhadap kondisi perekonomian di seluruh dunia. Hal ini tercermin pada laporan World Economic Outlook yang dikeluarkan oleh IMF pada Juni lalu yang memperkirakan pertumbuhan global akan mengalami minus 4,9 persen pada 2020.
 
Sedangkan negara-negara maju diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi minus delapan persen hingga akhir tahun ini. Data Grant Thornton mengungkapkan optimisme ekonomi global menurun 16 poin pada semester I-2020. Indonesia mengalami penurunan optimisme sebesar 22 poin, meskipun demikian Indonesia masih memiliki prospek optimisme tinggi.
 
Tidak hanya itu, masih menurut data Grant Thornton, Indonesia menduduki peringkat keenam secara global walau hanya 50 persen dari pasar bisnis menengah di Indonesia yang berekspektasi mengalami peningkatan pendapatan dan profitabilitas dalam 12 bulan ke depan.

Advisory Director Grant Thornton Indonesia Marvin E. Camangeg mengungkapkan jika melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang menghadapi kesulitan dalam memulihkan kembali perekonomian, perlu strategi yang tepat dalam menghadapinya. Kas menjadi ‘raja’ ketika pendapatan dan profitabilitas mencapai titik terendah.
 
"Saat ini tingkat optimisme Indonesia lebih tinggi ketimbang angka global dan Asia Pasifik dengan rata-rata 32-34 persen. Harapannya dengan banyaknya perusahaan yang terus membangun kapabilitasnya dan tergerak untuk go public menjadi salah satu penggerak pemulihan ekonomi di Indonesia," ucapnya, dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu, 29 Agustus 2020.
 
Hal tersebut disampaikan pada saat webinar dengan tema “Opsi Pendanaan Perusahaan untuk Melewati Masa Pandemi” bersama Bursa Efek Indonesia. Topik yang dibahas seputar bagaimana Grant Thornton Indonesia bersama BEI melihat pentingnya manajemen keuangan/kas untuk menjaga likuiditas perusahaan selama pandemi covid-19 ini.
 
Karena dengan menjaga likuiditasnya, perusahaan mendapat keuntungan dalam memilih model pendanaannya di kemudian hari, salah satunya adalah dengan menerbitkan obligasi atau dapat juga melalui go public yang dicanangkan oleh Bursa Efek Indonesia.
 
Partner & Head of Assurance Grant Thornton Indonesia Hanny Prasetyo menyebutkan setidaknya terdapat tiga keuntungan utama dalam menerbitkan obligasi dari sisi investor, yaitu mendapatkan pendapatan bunga secara rutin, mendapat keuntungan atas penjualan obligasi, dan juga memiliki risiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan saham.
 
Di sini peran BEI sebagai sarana mempertemukan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang membutuhkan sarana investasi pada produk keuangan baik saham, obligasi, DIRE maupun lain-lain. Salah satu opsi pendanaan dapat dilakukan melalui pasar modal dengan melibatkan investor publik.
 
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan sampai dengan 12 Agustus 2020 terdapat 35 perusahaan tercatat baru. Minat perusahaan dan institusi di Indonesia untuk semester kedua 2020 masih tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah pipeline 14 perusahaan di pipeline dibanding tahun lalu pada periode sama sebanyak 12 perusahaan.
 
Hal ini, lanjutnya, juga merupakan suatu bentuk kepercayaan dari para pemilik dan manajemen perusahaan yang menjadikan bursa sebagai rumah pertumbuhan bagi perkembangan bisnis perusahaan mereka. Ia menegaskan go public tidak hanya menjadi sumber pendanaan yang menjanjikan untuk mengembangkan perusahaan.
 
"Tapi juga mengangkat citra perusahaan menjadi lebih profesional, transparan, dan akuntabel," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan