baca juga: Jokowi Pede Inflasi RI Lebih Baik dari Amerika |
Untuk memperlambat laju inflasi, banyak negara di dunia telah menaikan suku bunga acuannya secara agresif seperti yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve. Kenaikan suku bunga merupakan faktor utama terjadinya perlambatan ekonomi dan resesi ekonomi bahkan mengintai AS beserta sejumlah negara.
Pengendalian inflasi adalah salah satu langkah yang harus dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mewaspadai tekanan global, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tinggi. Dalam upaya tersebut pemerintah telah meningkatkan subsidi energi dan bahan bakar tahun ini untuk menjaga daya beli masyarakat. Hal ini terbukti ampuh meningkatkan pertumbuhan ekonomi kuartal-II tahun ini di 5,44 persen YoY (year on year).
Meskipun inflasi Indonesia tercatat meningkat ke level 4,94 persen YoY di Juli 2022, namun inflasi inti masih relatif rendah di 2,86 persen YoY. Hal ini menjadi acuan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7 days repo rate di 3,5 persen pada pertemuan Rapat Dewan Gubernur di Juli kemarin.
Menanggapi perkembangan tersebut, Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto menyampaikan masih rendahnya tingkat suku bunga simpanan atau deposito membuat masyarakat mencari alternatif investasi lain yang dapat memberikan imbal hasil di atas inflasi supaya nilai uang tidak turun. Salah satu instrumen yang menarik yaitu obligasi pemerintah dengan jangka waktu dibawah 10 tahun.
Pemerintah akan menawarkan satu obligasi ritel, yakni Sukuk Ritel seri SR017 yang akan ditawarkan pada 19 Agustus hingga 14 September 2022 yang memiliki tenor tiga tahun. Lebih lanjut, Manuel optimistis SR017 akan banyak diminati melihat likuiditas dana masyarakat cukup tinggi.
"Acuannya SBR011 yang diterbitkan pemerintah sebelumnya dengan tingkat kupon 5,5 persen, sementara suku bunga deposito rata-rata di angka 2-3 persen. Kami harap imbal hasil SR017 lebih tinggi lagi," ujarnya, dalam keterangan resminya, Kamis, 1 September 2022.
Selain itu, Sukuk Ritel termasuk SR017 merupakan surat utang yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder (tradable). Hal ini memungkinkan bagi investor untuk menjual di pasar sebelum jatuh tempo setelah masa periode holding berakhir, kapanpun investor membutuhkan dana.
Mekanisme ini memungkinkan pemegang sukuk ritel dapat memperoleh capital gain dari selisih kenaikan harga saat beli dengan harga saat jual. Mekanisme ini berbeda dengan SBR011 yang tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder, sehingga harus disimpan hingga jatuh tempo.
Disamping perolehan imbal hasil yang akan dibayar negara setiap bulan dengan imbal hasil tetap, berinvestasi pada Sukuk Ritel memiliki keutamaan lain, yakni mengusung prinsip syariah, tidak mengandung unsur maysir (judi), gharar (ketidakjelasan) dan riba (usury), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Adapun tujuan penerbitan Sukuk Ritel adalah untuk pembiayaan APBN dan pembiayaan pembangunan terutama di sektor infrastruktur. Karena itu membeli SR017 berarti turut membantu pembangunan negara, sekaligus menghasilkan keuntungan yang halal sesuai syariah. Disamping keunggulan tadi, Manuel Adhy Purwanto menyampaikan Sukuk Ritel SR017 sangat mudah diakses dan dengan investasi minimum yang terjangkau, minimal Rp 1 juta.
“Sebagai salah satu mitra distribusi pemerintah untuk SR017, Moduit hadir dan siap membantu masyarakat yang berminat memiliki SR017 sebagai alternatif investasi yang sudah dijamin aman oleh pemerintah, terjangkau dan menguntungkan,”pungkas Manuel Adhy Purwanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News