Sementara itu, di sepanjang 2021, Sequis Life membukukan pendapatan premi bruto sebesar Rp3,03 triliun yang berasal dari 86 persen premi lanjutan senilai Rp2,60 triliun dan 14 persen premi bisnis baru sebesar Rp427,13 miliar. Kondisi itu dapat terjadi di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi.
Di 2021, laba setelah pajak yang dikumpulkan senilai Rp563,34 miliar dan total aset sebesar Rp19,22 triliun. Selan itu, Sequis Life juga masih mempertahankan posisi modal yang kuat untuk mendukung keseluruhan operasi bisnisnya dengan rasio pencapaian tingkat solvabilitas atau Risk-Based Capital (RBC) sebesar 511 persen.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
President Director & CEO Sequis Life Tatang Widjaja mengungkapkan 2021 adalah tahun yang penuh tantangan. Namun, Sequis tetap berkomitmen kepada nasabah sebagaimana terlihat dari jumlah klaim dan manfaat yang dibayarkan kepada nasabah Sequis Life sebesar Rp2,9 triliun.
Sedangkan pada kuartal I-2022, total klaim dan manfaat yang dibayarkan Sequis Life sebesar lebih dari Rp672,4 miliar. "Sejak awal pandemi sampai Mei 2022, Sequis juga telah membayarkan total klaim kematian dan kesehatan terkait covid-19 sebesar lebih dari Rp400 miliar," ujar Tatang, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 25 Juli 2022.
Baca: Pengetatan Kejutan di Ekonomi Asia Tingkatkan Tekanan ke Bank Sentral |
Menurut Tatang, pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat pada 2021 karena gencarnya vaksinasi covid di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tetapi, kondisi belum sepenuhnya normal, apalagi ditambah merebaknya kekhawatiran varian Omicron yang memengaruhi kontribusi kinerja porsi saham terkait LQ45 Indeks sepanjang 2021.
Kinerja saham berkapitalisasi besar (LQ45) membukukan kinerja negatif 1,5 persen secara yoy atau jauh di bawah kinerja positif IHSG yang tumbuh 9,03 persen secara yoy. Kinerja ini juga memengaruhi capaian kinerja perusahaan karena Sequis menempatkan investasi pada saham berkapitalisasi besar dan liquid (LQ45 Indeks).
Namun, ia optimistis dapat merealisasikan kembali kinerja positif di tahun ini. Tatang meyakini kinerja investasi Sequis berbasis saham dapat tumbuh mendekati 10 persen per tahun pada 1-3 tahun ke depan, mengingat pasar saham masih didukung prospek normalisasi perekonomian dan pemulihan pertumbuhan pendapatan emiten bursa khususnya di 2022.
Optimisme ini tidak lain didasarkan pada analisa konsensus yang memproyeksikan tren hasil investasi saham rupiah akan lebih prospektif pada 2022. Kondisi itu, ditunjang dengan kondisi inflasi Indonesia yang masih terkendali karena kesiapan pemerintah dan bank sentral merespons krisis global dengan berbagai kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri.
"Termasuk tidak menaikkan suku bunga di tengah angka inflasi global yang meningkat tinggi," pungkasnya.