Presiden Direktur Marein Yanto Jayadi Wibisono menjelaskan hal ini dikarenakan adanya penurunan kinerja operasional dari portofolio bisnis reasuransi jiwa. Namun di sisi lain terdapat kenaikan hasil investasi sebanyak 42,2 persen atau menjadi Rp165,4 miliar dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp116,3 miliar.
"Berbagai langkah-langkah strategis telah dilakukan manajemen agar Marein tetap dapat mempertahankan pencapaian rasio-rasio keuangan yang baik dan sehat. Tingkat solvabilitas perseroan pada 2021 tercatat 239,0 persen, di atas batas yang ditetapkan regulator," kata Yanto, dalam konferensi pers virtual Public Expose (PE) Marein, Kamis, 23 Juni 2022.
Menurutnya Indonesia masih menghadapi pandemi covid-19 dan menyebabkan terjadinya gelombang kedua pada 2021 lalu, sehingga memberikan dampak kenaikan klaim yang signifikan terhadap kinerja industri asuransi jiwa, tidak terkecuali kinerja Marein.
Di samping itu, tidak terjadi penurunan terhadap rating dari Fitch Ratings yaitu AA- untuk rating Indonesia dan BB+ untuk rating Internasional. Adapun perseroan optimistis di 2022 akan merealisasikan kinerja positif. Pada kuartal pertama 2022, perseroan telah berhasil membukukan laba bersih positif sebesar Rp48,5 miliar.
Perseroan, tambahnya, secara aktif melakukan analisis risiko terkait eksposur bisnis yang dimiliki terutama di tengah situasi pandemi covid-19 dan perekonomian global yang penuh dengan ketidakpastian ini. Selain itu, Marein mengambil langkah antisipatif atas dampak pandemi dengan melakukan optimalisasi arus kas dan peningkatan cadangan.
"Termasuk menjaga komunikasi dengan seluruh stakeholders, serta menerapkan praktik customer oriented untuk tetap memberikan layanan yang optimal dalam rangka menjaga kepercayaan nasabah terhadap perseroan," ucapnya.
Ekonomi Indonesia tetap terkendali
Lebih lanjut, Yanto optimistis situasi dan kondisi ekonomi Indonesia tetap terkendali hingga akhir tahun ini meski ada perkiraan tekanan ekonomi dunia memberikan dampak terhadap Tanah Air. Bahkan, inflasi di dalam negeri masih terkendali di saat inflasi di negara-negara besar terutama Amerika Serikat (AS) berada di level yang tinggi."Inflasi di Indonesia terkendali. Kemudian secara kasat mata kalau kita isi bensin, harga BBM juga masih terkendali. Harga pertamax masih sekitar Rp12 ribu (di Indonesia). Di Luar negeri itu harga bensin setara pertamax sudah Rp18 ribu hingga Rp20 ribu," ucapnya.
Kondisi itu yang membuat dirinya berharap dan yakin kondisi ekonomi sampai akhir tahun tetap terkendali. "Harapan kita enam bulan ke depan ini kondisi (ekonomi Indonesia) masih terkontrol dengan baik dan ekonomi Indonesia bisa mencapai target pemerintah. Kalaupun terjadi penyesuaian tidak terlalu besar lah dan masih positif," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News