Sistem tunggal ini memastikan seluruh produk dan layanan dari tiga bank legasi sudah dapat ditangani dalam satu sistem BSI.
"Alhamdulillah 1 November yang lalu kita sudah men-declare bahwa BSI sudah hidup dengan satu sistem, core banking sudah menjadi satu," ujar Hery dalam acara penandatanganan MoU BSI-LinkAja secara virtual, Kamis, 25 November 2021.
Pada acara yang dihadiri Wakil Menteri II Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo tersebut, Hery mengakui bahwa BSI sempat berada di masa gelap pascadiresmikan Presiden Joko Widodo pada 1 Februari 2021 lalu.
Selama sembilan bulan, katanya, BSI di ambang hidup dan mati. Sebab laporan keuangannya terpisah karena masih berada dalam sistem tiga bank legasi. Pun dengan bisnis dan core banking-nya.
"Core banking-nya masih ada tiga, sandi bank atau kliringnya itu juga masih ada tiga, dan itu sering salah-salah," curhat dia.
Oleh karena itu, pascapenuntasan integrasi sistem tunggal tersebut, Hery merasa sangat bersyukur. Sebab dengan sistem tunggal itu, kini BSI sudah siap untuk memberikan dukungan penuh terhadap pemulihan ekonomi nasional.
Saat ini, BSI sedang fokus membangun kapabilitas digital. Sebanyak 95 persen transaksi di BSI kini mulai bergeser ke sistem daring (e-channel), hanya lima persen yang bersifat fisik melalui kantor cabang.
Adapun pengguna yang terdaftar pada BSI Mobile sampai saat ini baru sebanyak tiga juta nasabah dari 15 juta nasabah perbankan. Meskipun begitu, hingga September 2021, transaksi kumulatif melalui BSI Mobile hampir tembus 75 juta transaksi dengan nilai mencapai Rp90 triliun.
"Ini menandakan bahwa memang transaksi melalui digital ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Jadi pandemi ini ikut membawa perubahan customer behaviour sehingga kita harus cepat mengantisipasi agar BSI bisa melakukan banyak terobosan-terobosan ke depan," pungkas Hery.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News