Mengalirnya dana asing ke pasar keuangan domestik tersebut utamanya berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp2,23 triliun. Di pasar saham, dana-dana asing juga banjir sebanyak Rp0,78 triliun.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 18 Agustus 2022, nonresiden jual neto (outflow)Rp123,03 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp60,14 triliun di pasar saham," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dikutip dari rilis Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah, Jumat, 19 Agustus 2022.
Adapun premi risiko atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia lima tahun naik ke level 105,41 basis poin (bps) per 18 Agustus 2022 dari 95,36 bps per 12 Agustus 2022.
CDS merupakan indikator untuk mengetahui risiko berinvestasi di SBN. Semakin besar skor CDS, maka risiko berinvestasi di SBN juga semakin tinggi. Sebaliknya jika skor semakin kecil, maka risiko investasinya juga semakin rendah.
Baca juga: RI Tetap Harus Waspada Meski Stabilitas Keuangan Terjaga |
Namun demikian, banjirnya modal asing ke pasar keuangan domestik tak membuat pergerakan nilai tukar rupiah bertaji di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda tersebut justru melempem, meski tipis.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah ke level Rp14.838 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah tipis dua poin atau setara 0,01 persen dari posisi Rp14.836 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp14.835 per USD. Rupiah terpantau melemah 15 poin atau setara 0,10 persen dari Rp14.820 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp14.858 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 36 poin dari Rp14.822 per USD di perdagangan sebelumnya.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. "Dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," papar Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News