Hal itu seiring dengan penandatanganan conditional merger agreement yang telah dilakukan oleh ketiga bank tersebut pada Senin, 12 Oktober 2020.
"InsyaAllah legal merger kuartal I-2021," kata Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi dalam konferensi pers virtual, Selasa, 13 Oktober 2020.
Pria yang juga menjadi Ketua Tim Project Management Office dalam rencana merger ini menyebutkan total aset yang akan dimiliki oleh bank hasil merger akan berkisar Rp220 triliun sampai Rp225 triliun.
"Tentunya ini akan menempati nomor tujuh atau delapan perbankan, top ten perbankan di Indonesia," ucapnya.
Ia pun menegaskan pada penandatanganan conditional merger agreement bukan berarti merger ketiga bank tersebut telah selesai dilakukan. Proses tersebut ibarat baru proses peminangan saja.
Selanjutnya, ia menambahkan, pada minggu ketiga Oktober akan diumumkan rencana merger dan setelah itu akan diurus juga mengenai perizinan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan regulator pasar modal.
"Diharapkan Februari 2021 akan ada legal merger. Disitu penggabungan itu secara resmi terjadi," ucapnya.
Lebih jauh, Herry memandang prospek bisnis bank syariah di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi muslim terbesar di dunia.
Bahkan pada 2025, pihaknya memproyeksikan total aset perbankan syariah mencapai Rp390 triliun. Sementara untuk target pembiayaan dan pendanaan itu bisa mencapai Rp272 triliun dan Rp335 triliun.
"Tentunya sejalan dengan jumlah penduduk muslim yang besar. Ini kita punya potensi dari sisi demand side untuk membangun bisnis ekonomi dan perbankan syariah yang punya skala internasional," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News