Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Ilustrasi. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Rupiah Perkasa di Penghujung 2023

Husen Miftahudin • 28 Desember 2023 10:42
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan, menjelang akhir 2023.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 28 Desember 2023, rupiah hingga pukul 9.21 WIB berada di level Rp15.402 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 27 poin atau setara 0,18 persen dari Rp15.429 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.404 per USD, naik 26 poin atau setara 0,16 persen dari Rp15.425 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.400 per USD hingga Rp15.470 per USD," ujar Ibrahim.
 

Optimis pasar terhadap ekonomi RI


Ibrahim mengungkapkan, pasar optimistis terhadap perekonomi Indonesia yang akan tumbuh lebih kuat pada 2024, sebesar 5,2 persen, dibandingkan dengan tahun ini yang diproyeksikan tumbuh lima persen.
 
"Membaiknya pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh permintaan domestik yang kuat sejalan dengan kepercayaan konsumen yang tinggi dan dorongan dari pengeluaran terkait Pemilu," jelas dia.
 
Selain itu, pembangunan proyek strategis nasional (PSN), termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN), juga mendorong pemulihan permintaan eksternal secara bertahap yang diperkirakan akan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
 
"Seyogianya, sinergi kebijakan yang kuat di antara para pembuat kebijakan tetap harus dijaga untuk menjaga stabilitas dan mendukung kegiatan ekonomi," tutur Ibrahim.
 
Kemudian, Bank Indonesia (BI) terus memperkuat bauran kebijakan ekonomi dengan meningkatkan suku bunga kebijakan, mengelola volatilitas nilai tukar, dan meningkatkan pendalaman pasar keuangan, terutama guna menjaga ekspektasi inflasi dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
 
BI juga melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif dengan memperkuat Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) dan menurunkan persyaratan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk mendorong penyaluran kredit perbankan kepada dunia usaha.
 
Di sisi lain, pemerintah mencatat penerimaan yang lebih baik, sejalan dengan belanja yang ditingkatkan. Pemerintah juga menjaga defisit fiskal pada tingkat yang rendah.
 
"Serta penerapan awal paket reformasi perpajakan yang komprehensif berdasarkan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) berkontribusi pada konsolidasi fiskal yang lebih cepat dari yang diperkirakan dalam dua tahun terakhir," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan