Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto memberikan penekanan pada inisiatif pemerintah terkait pemulihan ekonomi. Dalam satu tahun terakhir, lanjut Airlangga, APBN bertindak sebagai shock absorber yang mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli.
"Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjadi peringkat kedua tertinggi di G20, di bawah Arab Saudi. Menuju 2023, pemerintah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan cadangan devisa dan mempersiapkan stimulus valas sehingga potensi komoditas ekspor dimaksimalkan," jelasnya, dilansir dari keterangan tertulisnya, Kamis, 16 Februari 2023.
Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adi Budiarso menyebutkan bahwa kinerja ekonomi indonesia merupakan salah satu yang paling resilien di 2022. Seiring membaiknya kondisi ekonomi usai pandemi, tambahnya, APBN 2023 sudah kembali ke disiplin fiskal defisit di bawah tiga persen.
Baca: Tumbuh 110%, Bank Danamon Raup Laba Rp3,3 Triliun pada 2022 |
"Pemerintah juga terus berkomitmen meningkatkan produktivitas ekonomi yang berfungsi menjaga momentum pemulihan ekonomi mengingat 2023 yang masih dihantui resesi. Upaya untuk memitigasi risiko yang lebih solid dilakukan lewat pengendalian defisit dan utang, termasuk mendukung efektivitas reformasi fiskal," ujarnya.
Berkaitan dengan regulasi sektor keuangan khususnya pasar modal, Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal OJK Luthfy Zain Fuady menekankan pentingnya implementasi Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor-Sektor Keuangan (UU P2SK) sebagai regulatory outlook di 2023.
"Kami menyadari detil dalam UU P2SK ini mengharuskan adanya koordinasi antar kementerian dan lembaga," tuturnya.
Misalnya dalam implementasi perdagangan karbon, lanjut Luthfy, pengembangan produk-produk keuangan derivatif dan pengelolaan inovasi teknologi sektor keuangan. UU P2SK juga memiliki fungsi perlindungan konsumen dengan Security Investor Protection Fund (SIPF) diharapkan bisa menjamin keamanan transaksi di pasar modal.
"OJK juga kedepannya ingin bekerja sama dengan institusi penegak hukum dalam menindak kasus pidana di pasar keuangan," tegasnya.
Berkaitan dengan potensi pasar modal, Direktur Penilai Perusahaan BEI Gede Nyoman Yetna mencatatkan tren-tren positif di pasar modal Indonesia. Menurutnya pemerintah sudah menjaga arah pertumbuhan ekonomi dalam upaya pemulihan usai pandemi.
"Hal ini tercermin dalam tingginya angka perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan pesatnya pertumbuhan investor ritel dalam dua tahun terakhir. Menyambut optimisme ini, setelah mencatatkan 67 instrumen baru di 2022, tahun ini BEI menargetkan sebanyak 70 instrumen baru yang tercatat di bursa," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News