Jakarta: Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah menilai saat ini ketidakpastian di pasar global sudah lebih jelas dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve yang diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin (bps) pada bulan ini.
Piter menjelaskan, rencana menaikkan suku bunga acuan oleh The Fed sudah pasti dilakukan untuk merespons kenaikan inflasi yang sangat tinggi di negara tersebut. Bahkan langkah The Fed juga akan diikuti oleh banyak negara seperti Inggris, Eropa, maupun Australia.
"BI juga saat ini stance-nya jelas. Dengan inflasi yang masih cukup terkendali BI masih menahan suku bunga. BI menyatakan baru akan menaikkan suku bunga kalau sudah terjadi lonjakan inflasi," kata dia kepada Medcom.id, Selasa, 26 Juli 2022.
Sayangnya, ia menyebut, langkah BI yang sejauh ini masih menahan suku bunga acuan justru menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya kenaikan Fed fund rate telah membawa aliran modal keluar, serta membuat mata uang rupiah tertekan.
"Pernyataan BI ini yang terus menahan suku bunga ini yang kemudian memunculkan kekhawatiran. Kalau menunggu lonjakan inflasi sudah terjadi atau pelemahan rupiah sudah terlalu dalam dan sulit terkendali, artinya BI behind the curve," ungkapnya.
Oleh karena itu, Piter menyarankan kepada bank sentral di Indonesia ini untuk menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan ketidakpastian yang berkepanjangan di dalam negeri yang tentu dampaknya tidak baik bagi perekonomian.
"Kekhawatiran ini muncul sebagai sebuah ketidakpastian. Saya berpandangan kalau The Fed menaikkan suku bunga 75 bps, BI tidak bisa menunggu lagi untuk menaikkan suku bunga acuan," pungkas dia.
Piter menjelaskan, rencana menaikkan suku bunga acuan oleh The Fed sudah pasti dilakukan untuk merespons kenaikan inflasi yang sangat tinggi di negara tersebut. Bahkan langkah The Fed juga akan diikuti oleh banyak negara seperti Inggris, Eropa, maupun Australia.
"BI juga saat ini stance-nya jelas. Dengan inflasi yang masih cukup terkendali BI masih menahan suku bunga. BI menyatakan baru akan menaikkan suku bunga kalau sudah terjadi lonjakan inflasi," kata dia kepada Medcom.id, Selasa, 26 Juli 2022.
Sayangnya, ia menyebut, langkah BI yang sejauh ini masih menahan suku bunga acuan justru menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya kenaikan Fed fund rate telah membawa aliran modal keluar, serta membuat mata uang rupiah tertekan.
"Pernyataan BI ini yang terus menahan suku bunga ini yang kemudian memunculkan kekhawatiran. Kalau menunggu lonjakan inflasi sudah terjadi atau pelemahan rupiah sudah terlalu dalam dan sulit terkendali, artinya BI behind the curve," ungkapnya.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Relatif Lebih Baik Dibandingkan Negara Tetangga |
Oleh karena itu, Piter menyarankan kepada bank sentral di Indonesia ini untuk menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan ketidakpastian yang berkepanjangan di dalam negeri yang tentu dampaknya tidak baik bagi perekonomian.
"Kekhawatiran ini muncul sebagai sebuah ketidakpastian. Saya berpandangan kalau The Fed menaikkan suku bunga 75 bps, BI tidak bisa menunggu lagi untuk menaikkan suku bunga acuan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News