Sementara dari jumlah tersebut sekitar Rp37,9 triliun akan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang besar dalam pembiayaan, namun di sisi lain memberikan peluang yang besar terutama bagi sektor swasta," ungkap Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam Mandiri Sustainability Forum 2022, dilansir Antara, Rabu, 2 November 2022.
Ia menjelaskan kebutuhan pembiayaan hijau Indonesia tersebut guna mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia yang dinaikkan dalam persiapan COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir menjadi sebesar 31,89 persen tanpa syarat dan sebesar 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan peta jalan jangka panjang untuk mencapai NDC dan menetapkan target pada 2030 dan 2060.
Baca juga: Pembiayaan Sektor Hijau Bank Mandiri Tembus Rp101 Triliun |
Sejalan dengan hal tersebut, Darmawan memperkirakan akan melihat lebih banyak penerbitan dan instrumen terkait Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (Environment, Social, and Governance/ESG) di masa depan untuk mencocokkan dan meningkatkan ESG, serta pembiayaan dan aset yang berkelanjutan.
"Alasannya adalah keuangan hijau kita yang besar membutuhkan sumber daya yang signifikan," jelasnya.
Seperti diketahui, pendekatan ekonomi hijau telah menjadi tren kebijakan yang diterapkan oleh berbagai negara secara global guna membangun pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tanpa terkecuali Indonesia dengan potensi dan sumber daya energi yang besar.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News