Mengutip data Jisdor Bank Indonesia, Sabtu, 30 Januari 2021, nilai tukar rupiah pada awal pekan atau tepatnya Senin, 25 Januari, berada di level Rp14.082 per USD. Lalu pada Selasa, 26 Januari, mata uang Garuda melemah tipis ke posisi Rp14.086 per USD. Kemudian pada Rabu, 27 Januari, rupiah kembali tertekan ke level Rp14.091 per USD.
Sedangkan pada Kamis, 28 Januari, nilai tukar rupiah lagi-lagi tertekan ke posisi Rp14.119 per USD. Namun pada akhir pekan atau tepatnya Jumat, 29 Januari, mata uang Garuda balik arah dengan menguat ke posisi Rp14.084 per USD. Rupiah tampil gagah perkasa di akhir pekan meski data memperlihatkan kasus infeksi covid-19 di Tanah Air menembus satu juta lebih.
Sementara itu, kurs dolar Amerika Serikat menguat pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB). Aksi jual tajam di pasar saham Wall Street memicu sentimen penghindaran risiko dan imbasnya meningkatkan permintaan untuk mata uang safe haven.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,13 persen menjadi 90,5800. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi USD1,2132 dari USD1,2131 pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris turun menjadi USD1,3703 dari USD1,3740 pada sesi sebelumnya.
Dolar Australia turun menjadi USD0,7641 dari USD0,7694. Dolar AS dibeli 104,73 yen Jepang, lebih tinggi dibandingkan dengan 104,23 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8905 franc Swiss dibandingkan dengan 0,8877 franc Swiss, dan naik menjadi 1,2802 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,2795 dolar Kanada.
Reaksi pasar tersebut datang karena bursa saham Amerika Serikat turun tajam pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), dengan Dow Jones jatuh lebih dari 700 poin pada hari sebelumnya di tengah kekhawatiran atas hiruk pikuk perdagangan ritel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News