Menkeu Sri Mulyani. Foto : Medcom/Eko.
Menkeu Sri Mulyani. Foto : Medcom/Eko.

Mayoritas SDM Keuangan Syariah Bukan dari Studi Ekonomi Syariah

Eko Nordiansyah • 28 Oktober 2021 12:09
Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyayangkan keberadaan sumber daya manusia (SDM) dari ekonomi Keuangan syariah masih kalah dibandingkan yang berasal dari konvensional. Hal ini terlihat dari banyaknya SDM di industri keuangan syariah yang lebih banyak didominasi oleh mereka yang berasal dari ekonomi konvensional.
 
Ia mengatakan saat ini sebanyak 80 sampai 90 persen SDM di bidang ekonomi Keuangan syariah bukan merupakan lulusan program studi ekonomi syariah. Padahal di Indonesia, ada sekitar 800 program studi yang berkaitan dengan ekonomi syariah di beberapa universitas, yang bisa menghasilkan potensi 40 ribu SDM per tahunnya.
 
"Pelaku industri keuangan bahkan industri keuangan syariah cenderung memilih atau merekrut dan memberi pelatihan ekonomi syariah kepada lulusan ekonomi yang konvensional dibandingkan mereka yang lulus dari program ekonomi syariah secara langsung," kata dia dalam webinar ISEF di Jakarta, Kamis, 28 Oktober 2021.

Kondisi ini, menurut Sri Mulyani, menunjukan bahwa program ekonomi syariah dari sisi pendidikan harus terus membuka diri dan melihat apa kekurangannya sehingga lulusannya bisa berkompetisi dengan lulusan ekonomi konvensional. Untuk itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan ekonomi syariah agar SDM-nya bisa bersaing.
 
"Hal ini semakin rumit dengan munculnya revolusi industri 4.0 dan bahkan society 5.0, teknologi digital yang menciptakan peluang dan distribusi menuntut SDM terus beradaptasi, namun juga prinsip-prinsip keislaman di dalam ekonomi dan menciptakan kesempatan kerja dan dalam kegiatan-kegiatan perlu untuk terus ditingkatkan," ungkapnya.
 
Ia menambahkan, hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh semua pihak agar nilai-nilai ekonomi syariah bisa menjawab perkembangan dunia yang semakin dinamis. Bahkan ke depan, Sri Mulyani memperkirakan kompetisi tidak lagi antar tenaga kerja manusia, melainkan dengan artificial intelligence yang memanfaatkan teknologi.
 
"Fenomena ini tentu menuntut institusi-institusi di Indonesia termasuk yang mengadakan program pembelajaran ekonomi syariah untuk berubah menyesuaikan diri, menyesuaikan perkembangan zaman, mengikuti perkembangan teknologi namun tetap menjaga nilai-nilai mulia dari agama Islam," pungkas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan