Direktur Utama Kostaman Thayib mengatakan kinerja Bank Mega tumbuh menggembirakan dan berhasil melampaui target bisnis yang telah ditetapkan dan berada di atas rata-rata pertumbuhan industri di tengah kondisi perekonomian yang cukup menantang. Kinerja Bank Mega didukung oleh pertumbuhan kredit yang positif tahun lalu.
"Pada 2019, kredit tumbuh menggembirakan sebesar 25 persen menjadi Rp53 triliun dari periode yang sama pada 2018 sebesar Rp42 triliun. Pertumbuhan ini tercatat di atas rata-rata industri perbankan sebesar enam persen," kata dia dalam Public Expose di Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020.
Dirinya menambahkan pendorong utama pertumbuhan kredit Bank Mega adalah kredit korporasi yang menempati porsi terbesar atau 44 persen dari total kredit. Selanjutnya porsi joint-financing sebesar 29 persen dan kartu kredit sebesar 15 persen menjadi penopang pertumbuhan kredit Bank Mega lainnya.
Kredit korporasi juga memiliki pertumbuhan terbesar dibandingkan segmen lainnya sebesar 51,27 persen menjadi Rp23,19 triliun dari Rp15,33 triliun pada 2018. Sementara itu, kredit joint-financing tumbuh 14,37 persen menjadi Rp15,36 triliun dari Rp13,43 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kredit retail dan komersial tumbuh 14,06 persen menjadi Rp6,65 triliun dari Rp5,83 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan kinerja kartu kredit Bank Mega tahun lalu juga mengalami pertumbuhan 2,23 persen dibanding pencapaian 2018, yaitu menjadi Rp7,88 triliun dari Rp7,71 triliun.
Pada 2019, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tumbuh 20 persen menjadi Rp73 triliun dari Rp61 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meski secara komposisi masih didominasi oleh deposito, tetapi tabungan tumbuh 5,93 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya menjadi Rp12,50 triliun dari Rp11,80 triliun.
"Pertumbuhan bisnis tersebut juga menjadikan kinerja operasional tumbuh positif. Pendapatan operasional bersih meningkat sebesar 30,53 persen dari Rp1,95 triliun menjadi Rp2,55 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih tercatat naik sebesar 1,98 persen menjadi sebesar Rp3,58 triliun dari sebelumnya sebesar Rp3,51 triliun," ungkapnya.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) Bank Mega pada 2019 tercatat sebesar 23,68 persen menguat dari tahun 2018 yang mencerminkan struktur permodalan yang kuat. Fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 69,67 persen, sesuai dengan target dan strategi Bank Mega.
"Sejalan dengan pencapaian kinerja yang menggembirakan di tahun 2019, Bank Mega juga terus melakukan pengembangan dan inovasi pada sistem teknologi informasi untuk menciptakan layanan perbankan digital (digital banking) demi peningkatan kualitas pelayanan terhadap para nasabah," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News