Ilustrasi Rupiah. Foto: AFP/Adek Berry
Ilustrasi Rupiah. Foto: AFP/Adek Berry

Faktor Ini Buat Rupiah Semakin Unjuk Gigi

Annisa ayu artanti • 20 November 2023 16:41
Jakarta: Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat. Faktor neraca perdagangan dan data ekonomi AS menjadi pemicu penguatan.
 
Mengacu data Bloomberg, Senin, 20 November 2023, rupiah ditutup menguat 48 poin atau 0,31 persen menuju Rp15.445 per USD.
 
Sementara mengacu data Yahoo Finance, rupiah ditutup menguat 50 poin atau 0,32 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya menjadi Rp15.439 per USD. Dalam perdagangan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp15.369-Rp15.500 per USD.

Melansir Antara, pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 sebesar USD3,48 miliar memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
 
Baca juga: Surplus Neraca Dagang Jadi Bukti Ekonomi RI Kian Tangguh

Neraca perdagangan Indonesia surplus

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
 
Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik USD0,07 miliar dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun USD2,12 miliar dibandingkan capaian pada periode yang sama 2022 (year on year/yoy).
 
"Potensi penguatan ke arah Rp15.400 per USD," ucap dia.
 
Di sisi lain, Ariston menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal dari laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni nol persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen.
 
Adapun data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.
 
"Dengan angka inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya, ini memperbesar ekspektasi peluang pemangkasan suku bunga acuan AS lebih cepat. Indeks dolar AS terlihat bergerak di kisaran 103,80 pagi ini setelah pekan lalu bergerak di atas 104. Di sisi lain, sebagian petinggi Bank Sentral AS yang memberikan pernyataan soal kebijakan moneter AS pekan lalu, mengungkapkan ketidakyakinannya inflasi bakal turun cepat ke target dua persen, sehingga AS masih memerlukan kebijakan suku bunga tinggi saat ini," jelas dia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan