Ilustrasi. Foto: MI/Pius Erlangga.
Ilustrasi. Foto: MI/Pius Erlangga.

Meski Gak Menguat Banyak, Rupiah Sukses Bikin Dolar AS Babak Belur

Husen Miftahudin • 11 Januari 2024 16:54
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan, setelah kemarin melemah cukup dalam.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 11 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.549 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 21 poin atau setara 0,13 persen dari posisi Rp15.569 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar hari ini, mata uang rupiah ditutup menguat 21 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 25 poin di level Rp15.549 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.569 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
 
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.545 per USD. Rupiah menguat 19 poin atau setara 0,12 persen dari Rp15.564 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.558 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 10 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.568 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Menguat 0,12%
 

Optimisme pertumbuhan ekonomi RI

 
Dikatakan Ibrahim, pemerintah tetap optimistis meski Bank Dunia (World Bank) merevisi ke bawah outlook ekonomi global 2024 dari 2,6 persen menjadi 2,4 persen. Sinyal perlambatan ekonomi 2024 pada dasarnya memang sudah muncul sejak 2023, namun angkanya terus direvisi ke bawah.
 
"Meski demikian, pemerintah telah mengantisipasi perlambatan global tersebut yang berpotensi memengaruhi ekonomi Indonesia," jelas dia.
 
Pasalnya hingga kini disrupsi mulai dari suplai barang, isu perubahan iklim, harga komoditas, dan pengetatan moneter memang menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global.
 
"Untuk itu, dalam jangka pendek, pemerintah akan terus mendorong daya beli masyarakat dengan penyaluran bantuan sosial (bansos) berupa beras dan bahan pokok mengingat hingga kuartal ketiga 2023 produk domestik bruto (PDB) masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga," tutur Ibrahim.
 
Sedangkan bantuan, lanjut dia, akan dimulai dari kuartal pertama 2024, bukan pada akhir tahun seperti yang dilakukan pada 2023. Hal tersebut sebagai upaya untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap sesuai target pemerintah di angka 5,2 persen pada tahun ini.
 
Adapun, Bank Dunia meramalkan ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025 akan stabil di 4,9 persen, lebih rendah dari ramalan 2023 di angka 5,0 persen. Dengan adanya perlambatan ekonomi global, kinerja ekspor diprediksi akan menurun.
 
Terlebih, Bank Dunia memprediksikan ekonomi untuk pangsa pasar ekspor utama Indonesia, yaitu Tiongkok, dalam dua tahun ini akan terus melambat. Pada 2024 menjadi 4,5 persen, turun dari estimasi 2023 sebesar 5,2 persen dan terus menurun pada 2025 menjadi 4,3 persen. 
 
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan neraca perdagangan kumulatif Indonesia sepanjang Januari hingga November 2023 turun USD16,91 miliar dari periode yang sama pada 2022.
 
"Neraca perdagangan barang kembali mengalami surplus selama 43 bulan berturut-turut meskipun lebih rendah dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu," kata Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan