Ilustrasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS - - Foto: Antara/ M Adimaja
Ilustrasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS - - Foto: Antara/ M Adimaja

Sentimen Negatif Eksternal Bikin Rupiah Anjlok Drastis di Akhir Pekan

Husen Miftahudin • 26 Februari 2021 16:03
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan ini anjlok drastis imbas sentimen negatif dari data eksternal. Mata uang Garuda tersebut tak mampu melawan taji dolar Amerika Serikat (AS) yang kian runcing akibat kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS (US Treasury Yield).

"Sinyal negatif dari data eksternal cukup menguatkan indeks dolar sehingga berakibat terhadap melemahnya mata uang rupiah," ungkap Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Jumat, 26 Februari 2021.
 
Menurut Ibrahim, US Treasury Yield menjadi perhatian pasar global setelah para pedagang secara agresif mengubah harga dalam pengetatan moneter sebelumnya. Pasar menjadi semakin percaya diri terhadap penguatan ekonomi global yang bakal terealisasi pada paruh kedua tahun ini.
 
"Imbal hasil obligasi sudah naik tahun ini karena prospek stimulus fiskal besar-besaran di tengah kebijakan moneter yang sangat lunak, yang dipimpin Amerika Serikat," paparnya.

Selain itu, percepatan vaksinasi secara global juga mendukung perdagangan reflasi, mengacu pada peningkatan aktivitas ekonomi dan harga. Namun dalam beberapa hari terakhir, kenaikan imbal hasil obligasi yang disesuaikan dengan inflasi telah dipercepat.
 
"Kondisi ini menunjukkan keyakinan yang berkembang bahwa bank sentral mungkin perlu mengurangi kebijakan ultra longgar, meskipun retorika dovish mereka," urai Ibrahim.
 
Dari sisi internal, Ibrahim memandang perekonomian Indonesia tahun ini bakal rebound seiring upaya pemerintah dalam menanggulangi dampak pandemi covid-19. Kunci pemulihan ekonomi sebenarnya terletak pada kemampuan bangsa dalam disiplin menerapkan protokol kesehatan.
 
"Kalau ini dilakukan secara bersama-sama, maka Indonesia akan keluar dari covid-19 dan tentu prediksi lembaga internasional akan terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal tumbuh positif di kisaran empat sampai lima persen. Namun bisa saja meleset kalau masyarakat tidak mengikuti apa yang diinginkan oleh pemerintah," tutur dia.
 
Selain itu, untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional pemerintah mengalokasikan anggaran dari APBN 2021 sebesar Rp372 triliun. Anggaran itu untuk membiayai program-program seperti bantuan sosial, Program Keluarga Harapan (PKH).
 
"Kemudian subsidi gaji, kartu prakerja, program padat karya, bantuan produktif untuk UMKM, relaksasi restrukturisasi pinjaman perbankan, keringanan pajak, dan kemudahan-kemudahan lainnya untuk memulihkan ekonomi," jelas Ibrahim.
 
Adapun mengutip data Bloomberg pada penutupan perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah terhadap USD melemah signifikan bila dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya, yakni berada di posisi Rp14.235 per USD. Rupiah melemah hingga 152 poin atau setara 1,08 persen.
 
Menukil data Yahoo Finance, rupiah juga berada di zona merah pada posisi Rp14.262 per USD. Rupiah melemah drastis hingga 162 poin atau setara 1,15 persen dari Rp14.100 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Begitu pula dengan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), rupiah diperdagangkan di level Rp14.229 per USD atau jeblok sebanyak 125 poin dari nilai tukar rupiah pada perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14.104 per USD.
 
"Untuk perdagangan minggu depan, tepatnya Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka dan ditutup melemah di rentang Rp14.230 per USD sampai Rp14.290 per USD," tutup Ibrahim.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan