Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo - - Foto: Antara/ Hafidz Mubarak A
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo - - Foto: Antara/ Hafidz Mubarak A

Ekonomi Global Membaik, Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Malah Meningkat

Husen Miftahudin • 18 Maret 2021 19:57
Jakarta: Bank Indonesia (BI) dalam hasil asesmen Rapat Dewan Gubernur (RDG) menyatakan perekonomian global bakal tumbuh lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Namun, pertumbuhan ini belum seimbang dari satu negara ke negara lain.
 
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi terjadi di negara-negara yang mampu mengakselerasi vaksinasi covid-19 serta menempuh stimulus fiskal dan moneter yang besar," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI secara virtual, Kamis, 18 Maret 2021.
 
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi global pada 2021 ini diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,1 persen. Hal ini terutama ditopang lebih tingginya pertumbuhan di Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Kawasan Eropa, dan India.


Sejumlah indikator dini pada Februari 2021 mengonfirmasi perbaikan ekonomi global yang lebih kuat, seperti Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur, keyakinan konsumen, serta penjualan ritel yang terus meningkat.
 
"Sejalan dengan perbaikan ekonomi global tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia terus meningkat, sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara berkembang, termasuk Indonesia," ungkap Perry.
 
Di AS, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi juga didukung oleh tambahan stimulus fiskal sebesar USD1,9 triliun yang berlaku sejak 17 Maret 2021 dan rencana tambahan stimulus fiskal sebesar USD2 triliun pada kuartal IV-2021.
 
Sayangnya, reaksi pasar atas paket kebijakan fiskal yang lebih besar dan prospek pemulihan ekonomi yang lebih cepat di AS tersebut telah mendorong kenaikan yield US Treasury (UST) dan ketidakpastian pasar keuangan global. Meskipun The Fed diperkirakan belum akan mengubah kebijakan moneternya pada tahun ini.
 
"Perkembangan ini berpengaruh terhadap tertahannya aliran modal ke sebagian besar negara berkembang, dan berdampak pada kenaikan yield surat berharga dan tekanan terhadap mata uang di berbagai negara tersebut, termasuk Indonesia," jelasnya.
 
Walhasil, nilai tukar rupiah pada 17 Maret 2021 melemah 2,20 persen secara rerata dan 1,16 persen secara point to point dibandingkan dengan level Februari 2021. Dengan perkembangan ini, maka rupiah sampai dengan 17 Maret 2021 mencatat depresiasi sekitar 2,62 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020.

 
"Namun, tingkat depresiasi ini lebih rendah dari tingkat pelemahan atau depresiasi sejumlah negara emerging market lainnya seperti Brasil, Meksiko, Korea Selatan (Korsel), dan Thailand," sebut Perry.
 
Kenaikan yield US Treasury dan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) juga menahan aliran masuk investasi portofolio asing ke pasar keuangan domestik. Kondisi tertahannya dana-dana asing ke pasar keuangan domestik tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net outflow. Per 16 Maret 2021, jumlah dana-dana asing yang 'minggat' sebanyak USD1,57 miliar.
 
"Padahal sebelumnya (investasi portofolio asing di pasar keuangan domestik) mencatat net inflow sebesar USD7,14 miliar pada periode Januari-Februari 2021," tutup Perry.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan