Direktur Retail Banking Djumariah Tenteram membenarkan pandemi covid-19 tak hanya memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia melainkan juga pertumbuhan kredit di PermataBank. Bahkan, minusnya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun lalu menggambarkan lesunya pertumbuhan bisnis di dalam negeri.
"Demikian juga terjadi di PermataBank. Kontraksi yang kami alami di tahun lalu itu kebanyakan dari Small Medium Enterprise (SME) atau UMKM dan kredit kendaraan bermotor, karena kita tahu industri otomotif kontraksi besar yaitu 50-60 persen," tutur Djumariah, dalam konferensi pers virtual PermataBank FY Financial Results, Jumat, 26 Maret 2021.
Meski demikian, lanjutnya, PermataBank siap melakukan berbagai macam upaya agar bisa kembali bangkit. Keyakinan muncul manakala didukung oleh kebijakan pemerintah baik dari sisi fiskal maupun moneter. Dari sisi fiskal, misalnya, pemerintah memaksimalkan program pemulihan ekonomi nasional.
Sedangkan dari sisi moneter, misalnya, Bank Indonesia (BI) memberlakukan insentif berupa LTV. "Kebijakan seperti ini yang menjadi fokus kita untuk menumbuhkan pertumbuhan kredit di tahun ini," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan, retail banking memiliki peningkatan signifikan di tahun lalu yaitu tumbuh 30 persen. Hal itu bisa terjadi karena PermataBank mengubah cara bisnis dengan awalnya tradisional menjadi lebih digital. PermataBank meyakini digitalisasi bisa mempercepat dan mengakselerasi pertumbuhan jumlah nasabah.
"Dan aspirasi kami di tahun ini adalah bisa meningkatkan pertumbuhan di atas 30 persen (untuk bisnis retail). Itu adalah misi kita untuk 2021. Kita akan lebih banyak lagi berinovasi dari sisi digital. Lalu memastikan nasabah ritel bisa mengakses bukan hanya dari sisi pelayanan tapi juga dari produknya. Ini strategi kami dalam rangka meningkatkan jumlah nasabah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id