Dari Indonesia, akan ada pengumuman dari hasil pertemuan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia. Bank Indonesia tidak melihat seberapa jauh kepentingan untuk menaikkan tingkat suku bunga, setidaknya untuk saat ini.
"Oleh karena itu kami yakin, rendahnya imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), kuatnya fundamental ekonomi dan fiskal yang sehat, akan membuat Bank Indonesia sebisa mungkin mencoba melawan derasnya arus dengan mempertahankan tingkat suku bunga yang mereka miliki, setidaknya untuk saat ini," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin, 24 Juli 2023.
Dari Amerika Serikat, akan rilis data PMI Manufacturing, Services dan Composite yang diproyeksikan akan turun. Dilanjutkan dengan data Personal Income yang menggambarkan inflasi akan bertahan di ketinggian atau tidak. Data ini diproyeksi naik dari 0,4 persen menjadi 0,5 persen.
Data Personal Spending juga diproyeksi naik dari 0,1 persen menjadi 0,4 persen, dan Personal Consumption yang diproyeksi turun dari sebelumnya 4,2 persen menjadi 1,2 persen.
"Tiga data ini merupakan salah satu data penggerak inflasi, ditambah data dari sisi ketenagakerjaan, yaitu Initial Jobless Claims yang diproyeksi naik dari 228 ribu menjadi 235 ribu, dan Continuing Claims yang diproyeksi turun dari 1,754 juta menjadi 1,750 juta," kata Nico.
Dari Amerika, ada dua data penentu. Pertama, data pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan pada kuartal II-2023 secara tahunan diproyeksi turun dari 2,0 persen menjadi 1,8 persen. GDP Price Index kuartal II-2023 juga diproyeksikan turun dari 4,1 persen menjadi 3,1 persen.
Pada Kamis, 27 Juli 2023, dari Amerika akan ditutup oleh data hasil pertemuan rapat bank sentral AS The Fed yang akan berlangsung 27 Juli 2023. Ini akan menjadi perhatian pelaku pasar dan investor. Sebab The Fed tampak sudah sangat yakin Fed Rate akan naik dari 5,0 persen sampai 5,25 persen menjadi 5,25 persen sampai 5,5 persen.
"Meski The Fed menaikkan tingkat suku bunga, kami yakin pelaku pasar dan investor sudah memperkirakannya dengan baik. Sehingga mitigasi risiko jelas sudah dilakukan," kata Nico.
Baca juga: Data Perdagangan Bursa Catat Kapitalisasi Pasar Modal Telah Capai Rp9.940,31 Triliun |
Data ekonomi Eropa
Dari Eropa, kurang lebih sama dengan Amerika, yaitu akan ada data PMI Manufacturing, Services, dan Composite yang diperkirakan akan turun.
Menariknya, Eropa juga akan mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023, sehingga akan menjadi penentu langkah lanjutan bagi Bank Sentral Eropa. Terakhir, ada pertemuan Bank Sentral Eropa pada 27 Juli 2023 yang diproyeksikan naik dari 4,0 persen sampai 4,25 persen menjadi 4,25 persen sampai 4,50 persen.
"Sehingga 27 Juli akan menjadi salah satu tanggal penting, dimana The Fed dan Bank Sentral Eropa akan menaikkan tingkat suku bunga," kata Nico.
Selanjutnya, dari Jepang, pada pekan ini akan rilis data PMI Manufacturing, Services, hingga Composite, dilanjutkan dengan data inflasi dari Tokyo CPI tahunan (yoy) yang diproyeksikan menurun, baik inflasi secara keseluruhan maupun inflasi inti.
Kemudian pada 28 Juli 2023 akan ada pertemuan Bank Sentral Jepang, yang tampaknya masih yakin dengan kebijakan mereka saat ini. Sebab inflasi Jepang diproyeksikan akan menurun.
Indonesia bakal jadi anggota OECD
Selain itu, ada sebuah kabar Indonesia akan masuk menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan menjadi bagian anggota OECD.
Dengan menjadi anggota OECD tentu ini akan memberikan katalis positif bagi pemerintah ke depannya, mengingat keanggotaan OECD merupakan negara-negara maju sehingga ini sangat mendukung Indonesia.
Karena keberadaan Indonesia di tengah-tengah anggota OECD ini akan mendorong Indonesia menerapkan standar yang tinggi baik dari legislasi, regulasi sehingga ini akan menopang ekonomi Indonesia lebih berkualitas.
OECD membagikan kepada Indonesia bagaimana pengalaman negara anggota OECD lain memanfaatkan keunggulan demografis dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh Indonesia dalam rangka menuju negara maju dan berpendapatan per kapita tinggi.
"Hal ini tentu memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi fundamental yang dimiliki," kata Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News