Illustrasi MEA. ANTARA FOTO / M Risyal Hidayat.
Illustrasi MEA. ANTARA FOTO / M Risyal Hidayat.

Sejauh Mana Potensi MEA Bagi Negara ASEAN?

Arif Wicaksono • 31 Desember 2015 15:13
medcom.id, Jakarta: Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimulai pada Kamis 31 Desember. Namun, implementasinya masih jauh dari sempurna dan berbeda dengan kerja sama regional di wilayah lainnya. 
 
MEA memiliki empat pilar yakni pasar tunggal untuk memperkuat basis produksi, membawa ASEAN dalam kompetisi yang ketat, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata diantara negara ASEAN dan memacu konektivitas dengan perekonomian global.
 
Kunci utama dari MEA adalah bebasnya perdagangan bebas dan jasa, liberalisasi investasi dan kebebasan arus masuk dari tenaga kerja terdidik.

Faktanya, MEA yang terdiri dari 10 negara dengan kekuatan ekonomi ke tujuh di dunia, menghasilkan integrasi ekonomi dan finansial tanpa penyatuan kebijakan moneter dan integrasi politik.
 
Mengenai hal ini, HSBC Global Research menjelaskan Singapura akan mengambil keuntungan dari pelaksanaan MEA yang berpotensi menaikan pertumbuhan GDP di ASEAN sebanyak lima persen hingga 2030.
 
Ekonom Kawasan Asia Pacific HSBC Global Research Joseph Incalcaterra mengatakan MEA merupakan babak baru dalam integrasi ASEAN ketimbang titik belok dari kebijakan.
 
Dia memperingatkan satu langkah yang berperan adalah pasar tunggal ASEAN dengan inisiasi untuk mempercepat pengangkutan kargo. Inisiatif ini sudah dikeluarkan banyak negara ASEAN dan akan membantu fasilitasi perdagangan barang.
 
"Perdagangan bebas dalam barang tak bisa dihindarkan dan arus perkembangan tenaga terdidik yang sangat rumit berdasarkan kepedulian politik membuat kita berpikir bahwa liberalisasi jasa dan investasi merupakan bagian penting dari MEA dan membawa keuntungan yang paling jelas terhadap perekonomian," kata dia sebagaimana dikutip dari CNBC, Kamis (31/12/2015).
 
Data OECD Services Trade Restrictiveness Index menunjukan ASEAN memiliki kedekatan dalam kegiatan jasa. Sayangnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki nilai terendah.
 
HSBC menyampaikan bahwa sektor service Indonesia memiliki berbagai persoalan struktural dan membutuhkan langkah signifikan sebagai bagian dari reformasi negara dan memperingatkan bahwa Indonesia tak akan mendapatkan keuntungan dari AEC.
 
"Integrasi jasa perdagangan akan menguntungkan Singapura sebagai negara dengan penetrasi terbesar di bidang keuangan dan asuransi yang kemudian diikuti dengan Filipina dan Malaysia," kata dia.
 
Integrasi finansial dan liberalisasi permodalan akan membantu untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN dalam menghadapi tujuan dari penyerataan ekonomi dari visi MEA.
 
Koordinasi ini akan lebih susah diraih karena tanpa integrasi politik, ASEAN akan lebih susah membangun kerja sama institusional untuk menjamin komitmen yang tercapai.
 
Ekonom regional di Barclay Capital Rahul Bajoria, mengatakan kebebasan berinvestasi akan menguntungkan sejumlah negara berkembang di ASEAN.
 
"Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan mendapatkan dampak positif dari investasi," sebut dia.
 
Namun, negara yang lebih maju seperti Malaysia dan Singapura akan mendapatkan investasi dari perusahaan. "Mereka (investor) akan meluaskan pengaruh dengan mengerahkan permodalan di kawasan ini," pungkasnya.
 
Bank Mizuho memperingatkan adanya bahaya atas persepsi berlebihan dari MEA. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi akan dialami pada dekade berikutnya dalam perjalanan implementasi blue print MEA 2025.
 
Kemungkinan ini dengan melihat sejauh mana blok ini bekerja untuk mengintegrasikan perekonomian kawasan dari 2015 sampai dengan 2025. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan