Lagarde, yang telah menjalankan posisi penting di Dana Moneter Internasional sejak 2011 dan terpilih pada Juli untuk menggantikan Mario Draghi pada 1 November, mengatakan tarif yang ditampar AS dan Tiongkok pada masing-masing barang akan memangkas 0,8 persen dari pertumbuhan ekonomi global di 2020
"Itu jumlah yang sangat besar. Ini pekerjaan. Ini bukan urusan bisnis. Ini lebih sedikit investasi. Ini lebih tidak pasti. Beratnya seperti awan besar dan gelap pada ekonomi global. Saya pikir perdagangan -ancaman terhadap perdagangan saat ini- adalah rintangan terbesar bagi ekonomi global," kata Lagarde, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 28 September 2019.
Adapun negosiator perdagangan utama dari AS dan Tiongkok akan memulai pembicaraan pada bulan depan di Washington. Pertemuan itu membahas perang dagang yang sudah terjadi selama setahun terakhir yang dampaknya mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran tentang resesi global.
"Semakin lama ini melekat, semakin banyak ketidakpastian. Dan jika Anda seorang investor, jika Anda sebuah perusahaan, baik kecil, menengah maupun besar, Anda tidak akan berinvestasi. Anda akan menunggu. Anda akan duduk dan bertanya-tanya di mana rantai pasokan akan diorganisir," kata Lagarde.
Selain Tiongkok, Presiden AS Donald Trump juga mengancam mitranya di Eropa. Trump menuduh Eropa melakukan tindakan proteksionisme. Baru-baru ini, setelah pembicaraan dengan para pemimpin Uni Eropa, Trump memberikan nada optimistis pada prospek untuk perjanjian perdagangan yang adil tanpa mengenakan tarif yang diancam pada impor mobil.
"Eropa dan Amerika Serikat telah berteman selama beberapa dekade dan berabad-abad. Anda tahu, berada di sisi yang sama dari medan perang dan telah menyelamatkan satu sama lain pada banyak kesempatan. Dan saya sangat berterima kasih kepada AS untuk itu. Itu bukan hubungan yang seharusnya berubah menjadi perang dagang," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Warburg Pincus Charles Kaye memperkirakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok bakal berlarut-larut selama dekade berikutnya, sehingga investor harus belajar untuk beroperasi di bawah ketidakpastian yang berkepanjangan. Meski demikian, tetap ada harapan agar ketegangan segera hilang demi kepentingan bersama.
Dua ekonomi teratas dunia ini telah terlibat dalam perang dagang sejak setahun lalu yang dimulai dengan pertarungan tarif. Namun, kondisi itu meluas ke bidang-bidang lain seperti teknologi. Ketika perselisihan berlanjut, banyak investor dan analis semakin menurunkan harapan mereka untuk kedua negara segera menemukan resolusinya.
"Ada banyak perdebatan tentang negosiasi perdagangan saat ini dan apakah kesepakatan terjadi atau tidak. Saya pikir pandangan yang lebih luas yang saya miliki adalah bahwa kita semua hanya perlu belajar untuk hidup dengannya," pungkas Charles Kaye.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News