Mengutip CNBC, Sabtu, 7 September 2019, Biro Analisis Ekonomi (BEA) mencatat, defisit perdagangan internasional AS turun menjadi USD54 miliar untuk Juli 2019. Sedangkan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan defisit AS menyempit menjadi sebesar USD53,48 miliar.
"Sedangkan defisit Tiongkok dengan AS menurun USD500 juta pada Juli menjadi sebesar 29,6 miliar," kata Biro Analisis Ekonomi.
Data tersebut muncul ketika perang perdagangan AS-Tiongkok meningkat baru-baru ini. Adapun Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan akan jauh lebih sulit bagi Tiongkok untuk mencapai kesepakatan perdagangan jika dia terpilih kembali pada 2020.
Tarif baru untuk barang-barang AS dan Tiongkok sudah mulai berlaku. Langkah itu mengurangi sentimen positif dari investor di seluruh dunia dan mengirim saham AS lebih rendah. Trump telah memprioritaskan untuk menurunkan defisit perdagangan AS sebagai prioritas. Namun, sejumlah langkah yang diambil belum terlihat maksimal.
Sebelumnya, Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik David R Stilwell mengatakan terjadinya perang dagang merupakan dampak dari kebijakan Amerika Serikat dalam menanggapi kurangnya komitmen Tiongkok.
"Untuk perang dagang antara AS dengan Tiongkok, memang ini sesuatu yang telah terjadi sejak lama dan AS hanya menanggapi tren terhadap kurangnya komitmen Tiongkok terhadap perjanjian yang ada," ujar Stilwell.
Dia menjelaskan, Pemerintah Amerika Serikat memandang bahwa Tiongkok telah melanggar beberapa komitmen dagang, termasuk perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Untuk itu, kata Stilwell, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan yang bersifat mendesak Tiongkok untuk memenuhi komitmennya.
"Jadi Presiden Trump berhak menuntut Tiongkok untuk memenuhi komitmen mereka," ujar dia.
Stilwell mengakui perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat itu sebenarnya suatu situasi yang sudah mulai terbangun selama bertahun-tahun. Dalam perang dagang tersebut, Tiongkok dan AS mulai memberlakukan tarif tambahan terhadap produk impor masing-masing mulai 1 September 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News