Ilustrasi. FOTO: AFP
Ilustrasi. FOTO: AFP

Aturan WTO Dinilai Tidak Memadai

Angga Bratadharma • 28 September 2019 20:02
Singapura: Mantan Gubernur People's Bank of China Zhou Xiaochuan menilai aturan yang diberlakukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tidak memadai dalam melindungi kepentingan negara-negara berkembang. Bahkan, organisasi tersebut kini telah menghadapi kesulitan besar dalam menjalankan fungsi intinya.
 
Dalam kritik tajam terhadap badan perdagangan internasional, Zhou Xiaochuan menyebut aturan WTO ompong dan tidak efektif. "Hari ini, peraturan WTO gagal menjawab tantangan abad ke-21 tentang globalisasi ekonomi," kata Xiaochuan, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 28 September 2019.
 
"Mereka juga tidak memadai dalam hal melindungi kepentingan negara-negara berkembang, terutama yang relatif miskin," kata Zhou seraya menambahkan bahwa WTO tidak dapat secara efektif mendisiplinkan kegiatan seperti perdagangan jasa dan investasi.

Lebih lanjut, kata Xiaochuan, WTO telah menghadapi kesulitan besar dalam menjalankan fungsi-fungsi intinya, seperti penyelesaian sengketa dan negosiasi. Di sisi lain pagar, WTO juga dibanting karena gagal mengendalikan Tiongkok atas apa yang berulang kali disebut oleh AS sebagai praktik perdagangan yang tidak adil.
 
AS telah bekerja sama dengan Jepang dan Uni Eropa untuk merumuskan dan mendorong perubahan peraturan WTO yang sebagian besar ditujukan ke Tiongkok. Kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah dituduh melakukan pencurian properti intelektual dan transfer teknologi secara paksa.
 
Tetapi mengubah aturan WTO sangat sulit sejak pembentukannya pada 1995, karena semua 164 negara anggota harus menyetujui setiap perubahan. Sedangkan Prancis saat KTT G7 pada Agustus menyerukan reformasi WTO, termasuk melindungi kekayaan intelektual lebih efektif, menyelesaikan perselisihan lebih cepat, dan memberantas praktik komersial yang tidak adil.
 
Sementara itu, perang dagang yang berkepanjangan antara AS dan Tiongkok masih belum terselesaikan, dengan beberapa putaran tarif dikenakan pada barang-barang satu sama lain yang bernilai miliaran dolar. Kondisi ini belum bisa diselesaikan secara maksimal oleh WTO yang akhirnya berdampak negatif terhadap ekonomi dunia.
 
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Warburg Pincus Charles Kaye memperkirakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok bakal berlarut-larut selama dekade berikutnya, sehingga investor harus belajar untuk beroperasi di bawah ketidakpastian yang berkepanjangan. Meski demikian, tetap ada harapan agar ketegangan segera hilang demi kepentingan bersama.
 
Dua ekonomi teratas dunia ini telah terlibat dalam perang dagang yang dimulai setahun lalu dengan dimulai pertarungan tarif. Namun, kondisi itu meluas ke bidang-bidang lain seperti teknologi. Ketika perselisihan berlanjut, banyak investor dan analis semakin menurunkan harapan mereka untuk kedua negara segera menemukan resolusi cepat.
 
"Ada banyak perdebatan tentang negosiasi perdagangan saat ini dan apakah kesepakatan terjadi atau tidak. Saya pikir pandangan yang lebih luas yang saya miliki adalah bahwa kita semua hanya perlu belajar untuk hidup dengannya," pungkas Charles Kaye.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan