"Hubungan Tiongkok-AS hari ini sekali lagi datang ke persimpangan jalan. Tiongkok (sudah) membuka (akses pasar) lebih luas ke AS dan seluruh dunia. Kami berharap AS melakukan hal yang sama ke Tiongkok dan menghapus semua batasan yang tidak masuk akal," kata Wang, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 28 September 2019.
"Singkatnya, upaya dan pencapaian reformasi serta keterbukaan Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir telah diakui secara luas," tambahnya.
Pernyataan Wang datang ketika dua ekonomi terbesar di dunia itu terkunci dalam ketegangan perdagangan yang berpusat pada keluhan AS tentang defisit perdagangannya dengan Tiongkok dan kurangnya akses yang setara di pasar Tiongkok. Adapun ketegangan perdagangan telah berubah menjadi perang dagang yang efek negatifnya kian meluas.
Dalam konteks ini, Beijing sering dituduh memaksa perusahaan asing melakukan transfer teknologi utama untuk beroperasi di Tiongkok. Aksesnya pun tidak merata. Salah satu contoh adalah Mastercard dan Visa, yang berjuang selama bertahun-tahun untuk memasuki pasar Tiongkok. Sementara UnionPay yang dikendalikan negara telah berkembang secara global.
Lainnya, seperti Google, diblokir sama sekali di Tiongkok. Dalam dua tahun terakhir, Pemerintah Tiongkok telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses asing ke industri seperti broker sekuritas, dan mengeluarkan undang-undang investasi asing baru untuk meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual dan membatasi transfer teknologi secara paksa.
Namun, survei dari Kamar Dagang Amerika di Shanghai yang dirilis bulan ini menunjukkan bahwa akses yang lebih besar ke pasar domestik berada di urutan teratas dalam daftar keinginan responden untuk perjanjian perdagangan apapun. Dalam hal ini, responden berharap Tiongkok benar-benar membuka akses pasarnya terhadap investor asing.
Sementara itu, babak berikutnya dari pembicaraan perdagangan tingkat tinggi diperkirakan berlangsung pada awal Oktober di Washington DC. Wang berharap negosiasi akan menghasilkan hasil positif dan menekankan peluang bisnis bagi Amerika untuk bekerja sama dengan Tiongkok.
"Gesekan perdagangan antara Tiongkok dan AS pada tahun lalu telah menimbulkan kerugian pada kedua negara, kerugian yang seharusnya tidak terjadi. Tiongkok tidak memiliki niat untuk memainkan permainan singgasana di panggung dunia. Untuk saat ini dan untuk masa yang akan datang, AS adalah dan masih akan menjadi negara terkuat di dunia," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News