Mengutip CNBC, Rabu 8 November 2017, berbicara kepada wartawan setelah rapat kabinet, Aso mengatakan, benar bahwa Amerika Serikat mengalami defisit perdagangan namun situasi dan kondisinya sudah berbeda dibandingkan dengan 1980-an, ketika gesekan perdagangan menegang dalam hubungan bilateral.
Komentar Aso datang sehari setelah Presiden AS Donald Trump, selama kunjungannya ke Jepang, mengeluhkan ketidakseimbangan perdagangan dan meminta perdagangan bebas, adil, dan timbal balik. Adapun Pemerintah Jepang sekarang ini terus berupaya memacu pertumbuhan ekonominya.
Dalam putaran kedua perundingan ekonomi di Washington bulan lalu, Wakil Presiden AS Mike Pence dan Aso, yang berfungsi ganda sebagai wakil perdana menteri, gagal menjembatani perbedaan masalah perdagangan. Tentu kesemuanya sudah melalui sejumlah pembahasan secara mendalam.
Kedua belah pihak berselisih mengenai bagaimana membingkai pembicaraan perdagangan di masa depan, dengan Tokyo mendorong balik terhadap panggilan AS untuk membahas FTA bilateral. Pemerintah Jepang tidak mau perdagangan yang terjalin justru memberikan kerugian.
Bank of Japan (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter saat ini dan memberikan pandangan optimistis terhadap ekonomi negara tersebut. Hal itu dilakukan meski BoJ harus menurunkan prospek inflasi untuk tahun fiskal 2017 karena target inflasi dua persen tetap sulit dipahami.
Bank sentral mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan dua hari bahwa pihaknya mempertahankan suku bunga jangka pendek di minus 0,1 persen dan target untuk imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun pada nol persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id