Ekonomi Asia (REUTERS/Kai Pfaffenbach).
Ekonomi Asia (REUTERS/Kai Pfaffenbach).

Benua Asia Menjadi Lebih Kuat terhadap Badai Keuangan

Arif Wicaksono • 16 Oktober 2017 10:40
medcom.id, Beijing: Benua Asia, wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia, telah menjadi lebih tahan terhadap badai keuangan setelah mengalami krisis Keuangan Asia pada 20 tahun lalu.
 
"Perekonomian Asia menjadi jauh lebih lentur karena pelajaran yang kami pelajari dari Asian Financial Crisis dimulai pada musim panas 1997," kata Changyong Rhee, seorang ekonom dan direktur Departemen Asia Pasifik di IMF dikutip dari Xinhua, Senin 16 Oktober 2017. 
 
Dia meyakini hal ini dengan tingginya cadangan devisa serta konsolidasi fiskal yang jauh lebih baik di banyak negara Asia. Namun, Asia tidak boleh berpuas diri, karena ekspansi kredit di kawasan setelah krisis keuangan global 2008 cukup cepat dan ada beberapa negara berkembang yang belum belajar dari krisis itu. 

"Saya tidak akan mengatakan bahwa Asia benar-benar kebal dari kemungkinan krisis, tapi pasti Asia lebih siap, jauh lebih maju sekarang, dan mereka jauh lebih tahan banting menghadapi badai keuangan potensial," jelasnya.
 
Dalam pandangan Rhee, Asia juga berada dalam posisi yang lebih kuat untuk menangani normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat, yang telah menaikkan suku bunga empat kali sejak krisis keuangan baru-baru ini dan telah meluncurkan proses penyusutan neraca keseimbangan Federal Reserve senilai USD4,5 miliar pada bulan ini.
 
Selama prosesnya berjalan bertahap dan dikomunikasikan dengan baik dengan dukungan pemulihan ekonomi AS, Rhee percaya, dampak pengetatan kebijakan moneter AS di Asia dapat dikelola.
 
"Kaidah terkoordinasi dengan baik, dikomunikasikan dengan baik dan bertahap dari kebijakan moneter AS sebenarnya akan membantu banyak ekonomi Asia untuk mengelola potensi risiko," paparnya.
 
Rhee mengatakan, perdagangan global telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir dibandingkan dengan penilaian IMF pada April, karena banyak negara, termasuk Amerika Serikat telah memahami pentingnya perdagangan terbuka dan adil.
 
Namun, ada beberapa kekhawatiran tentang berapa lama pertumbuhan ekspor Asia akan berlanjut, karena bukti menunjukkan bahwa rebound baru-baru ini dalam perdagangan berutang pada beberapa faktor sementara seperti pemulihan harga komoditas.
 
Sementara itu, ada ketidakpastian tentang negosiasi perdagangan dan ada beberapa gerakan menuju langkah-langkah proteksionis di beberapa negara maju. 
 
"Itu adalah risiko yang nyata, tapi saya pikir risikonya jauh berkurang dibandingkan pada April," tutur Rhee.
 
Dia juga berharap kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Tiongkok pada November akan menyampaikan berita positif kepada ekonomi global.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan