Perdebatan terjadi setelah Pemerintah Italia memutuskan untuk meningkatkan belanja publik di tahun-tahun mendatang. Dalam rencananya untuk 2019, Italia akan meningkatkan defisit publik menjadi 2,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau tiga kali lebih tinggi dari apa yang dijanjikan pemerintah sebelumnya.
Namun, dengan mempertimbangkan semua kebijakan baru yang ingin dikemukakan Roma, Komisi Eropa menyatakan bahwa defisit Italia di 2019 sebenarnya akan mencapai 2,9 persen terhadap PDB atau dekat dengan ambang batas Uni Eropa sebesar tiga persen.
"Kami ingin Italia tetap seperti apa adanya yakni negara utama dalam zona euro. Tidak ada masa depan untuk Italia di luar zona euro dan tidak ada masa depan untuk Eropa tanpa Italia," ungkap Pierre Moscovici, seorang Komisaris Eropa, seperti dikutip dari CNBC, Jumat, 9 November 2018.
Moscovici menjelaskan perbedaan dalam perkiraan defisit antara Roma dan Brussel dihasilkan dari proyeksi pertumbuhan yang lebih rendah dan perkiraan pengeluaran yang lebih tinggi. Tentu diharapkan perbedaan ini nantinya bisa mencapai kata sepakat demi kepentingan bersama.
"Perkiraan kami lebih berhati-hati," ungkap Moscovici.
Komisi Eropa tetap tidak setuju dengan rencana pengeluaran Roma untuk tahun-tahun mendatang dan meminta negara itu untuk mengajukan rancangan anggaran baru pada 13 November. Sejauh ini, para menteri dari Pemerintah Italia secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan mengubah rencana ekonomi mereka.
"Ada tingkat ketidakpastian yang tinggi di sekitar perkiraan dan ada banyak risiko yang saling terkait. Perwujudan dari salah satu risiko ini dapat memperkuat yang lain dan memperbesar dampaknya," kata Komisi Eropa, dalam laporan perkiraan ekonomi musim gugur 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News